Sejuta bunga mekar hari ini. Tetapi yang mekar kemarin, sekarang layu. Bunga-bunga itu akan mati dan kita menangis, kita menangisinya dan bertanya mengapa, mengapa harus mati?
Kita mencintai bunga, hampir semuanya sangat indah tetapi ketika layu, cinta kita hilang.
Kita menyimpan kenangan indah dari bunga yang sedang mekar dan berbunga, tetapi mencoba untuk melupakan bunga layu, yang kita buang. Terkadang kita memilih untuk berpegang pada gambar bunga yang layu, dari bunga mati. Kita kesal karenanya, kita kesulitan menerima.
Aku tidak mengerti alasan dari kefanaan semua bentuk kehidupan. Tidak peduli seberapa banyak kita membayangkan bahwa keabadian akan menjadi indah, dalam kenyataannya keabadian mungkin menakutkan.
Tidak peduli bagaimana kita suka stabilitas dan kontinuitas, perubahanlah yang membuat kita tumbuh, terutama jika kita berbicara tentang pertumbuhan rohani.
Kita bisa memelihara hati yang bersyukur atas keajaiban kemarin, keajaiban yang telah berlalu dan tidak ada lagi di sini. Kita dapat memelihara hati yang bersyukur atas keajaiban hari ini, keindahan baru, hal-hal baik yang baru.
Wow, sepertinya topik yang sangat sulit. Senang rasanya memikirkan topik-topik yang sulit juga. Kita mungkin tidak memiliki jawabannya, tetapi penerimaan seringkali merupakan hal yang lebih besar untuk dicapai daripada mati-matian berusaha memahami segalanya.
***
Solo, Selasa, 28 Januari 2020. 8:51 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
pepnews
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H