Mohon tunggu...
sukmayanti vira
sukmayanti vira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Univ. Muhammadiyah Tangerang

I wanna to be free

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengamat Bahasa Mengenai Fenomena Bahasa "Jaksel"

11 Juli 2023   11:22 Diperbarui: 11 Juli 2023   11:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia sedang tren dengan fenomena bahasa anak Jakarta Selatan khususnya di lingkungan para remaja. Fenomena ini menunjuk pada kebiasaan Anak Jakarta Selatan yang berkomunikasi dengan mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris untuk gurauan dan candaan.  Hal ini ditunjukan dengan adanya proses perkembangan bahasa dan fenomena ini tidak bisa dihindari.

 Fenomena bahasa anak Jaksel ini disebut campur kode dalam kajian linguistik yang disebabkan oleh kebiasaan dan pengaruh lingkungan kita.  Apa yang dimaksud campur kode? Campur kode merupakan campuran dua bahasa atau lebih dalam kegiatan tutur misalnya penggunaan bahasa asing dan bahasa indonesia. Dalam fenomena ini dapat kita pahami bahwa pengaruh perkembangan teknologi seperti internet yang menimbulkan beberapa faktor.

Misalnya, kita sering mendengar ungkapan-ungkapan bahasa Inggris seperti "which is" (yang merupakan), "literally" (benar-benar), hingga "basically" (pada intinya) yang dicampur ke dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia. Bahkan, tak jarang kata-kata tersebut begitu populer di ruang maya sehingga viral dan digunakan secara luas oleh masyarakat di penjuru negeri. Fenomena ini pun menjadi pemicu munculnya sejumlah istilah "bahasa gaul" baru yang populer digunakan dalam komunikasi di media sosial, seperti "fear of missing out atau FOMO (takut ketinggalan berita atau tren) hingga "correct me if I'm wrong atau CMIIW (koreksi aku jika salah).

Menurut Ivan Lanin sebagai pengamat Bahasa, kita beruntung sebagian besar diantara kita mempunya "threeglot" artinya orang yang menguasai 3 bahasa yaitu bahasa ibu atau daerah, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa asing agar kita bisa memperoleh ilmu pengetahuan dan juga kita bisa berkomunikasi dengan orang dari mancanegara. Dan tiga bahasa itu harus diperlakukan dengan menambahkan akan lebih baik lagi. Bila bangsa ini dapat mengutamakan bahasa Indonesia serta melestarikan bahasa daerah dan tentunya menguasai bahasa asing akan menjadi nilai positif bagi diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun