Di era digital saat ini, penggunaan tulisan AI telah menjadi hal yang umum. Namun, apakah kita benar-benar menyadari keterbatasan tulisan AI dalam komunikasi?Â
Mari kita bahas bersama dampaknya dan bagaimana kita bisa mengatasinya.Â
Komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi AI, terdapat tantangan dalam menggabungkan komunikasi manusia dengan AI. Salah satu tantangan tersebut adalah perbedaan dalam pengertian dan pemahaman antara manusia dan AI.Â
Manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, sementara AI hanya dapat menghasilkan tulisan berdasarkan data yang telah dimasukkan sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam interpretasi dan pemahaman pesan yang disampaikan.
Selain itu, keberadaan AI juga dapat mengurangi aspek manusiawi dalam komunikasi. Kemampuan AI dalam memahami emosi dan perasaan manusia masih terbatas. Ekspresi emosi yang dapat ditunjukkan manusia melalui bahasa tubuh, intonasi suara, atau penggunaan emotikon tidak dapat dipahami dengan baik oleh AI. Hal ini dapat membuat tulisan AI terasa kurang hidup dan tidak memiliki nuansa emosi seperti yang dapat dirasakan dalam komunikasi manusia.
Tantangan dalam Komunikasi Manusia dan AI
Frasa, kata, dan struktur tertentu sering muncul dalam tulisan yang dihasilkan oleh AI, membuatnya terasa seperti bahasa robot bagi siapa saja yang pernah menggunakan ChatGPT, Gemini, atau generator teks AI lainnya.
Manusia sebagai komunikator adalah produsen data. Kita menghasilkan kata-kata, yang merupakan data pemrosesan bahasa alami. Kita harus mulai memikirkan apa yang kita hasilkan sebagai data, dan memikirkan cara mengkategorikannya, menyimpannya, dan menamakannya.
Setiap posting blog, buletin, posting LinkedIn, keterangan YouTube, pidato, siaran pers, atau posting Threads yang diolah oleh generator teks AI menjadi bagian data yang dianalisis untuk pola format, struktur, dan frasa, kemudian dihasilkan kembali dengan penyesuaian sesuai masukan yang kita berikan.