Mohon tunggu...
SVN
SVN Mohon Tunggu... -

A person who admits that life and death are two parts of incredible journey...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mendidik Anak: Nurturing, Loving & Being Strict

25 Juni 2015   20:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Assalamualaikum Wr.Wb

Kali ini, saya ingin mengeluarkan post ini untuk mengingatkan anda, mungkin ada di antara anda adalah pasangan yang akan memasuki jenjang lebih serius atau mungkin anda yang sudah memiliki jagoan kecil di rumah. Ini soal cara mendidik anak-anak.

            Sehari yang lalu, saya berkunjung ke rumah salah satu ibu yang sudah akrab dengan saya sejak setahun lalu. Ia adalah sosok yang saya sebut dalam tulisan di Kompasiana saya yang berjudul, ‘Soulmate Is’. Beliau mengkontrakkan rumahnya, yang sebenarnya hanya satu kamar, untuk salah satu keluarga yang berada dalam taraf kesejahteraan yang tidak begitu baik. Yang paling mengagetkan buat saya adalah cara mendidik dari keluarga yang mengkontrak (tapi sebenarnya sudah pindah) ini.

            Saat sang ibu meminta anaknya untuk tidur siang, kedua putrinya malah diteriaki untuk masuk rumah. Anak-anaknya yang masih kecil itu mungkin masih enggan tidur siang dan bermain di luar rumah tetapi tidak begitu jauh. Kedua putrinya masih di gang persis di depan kontrakan mereka. Si ibu yang saya kenal ini berkata, “Lha gimana mbak, masak cuman main di depan, kalau disuruh tidur siang, sampai diteriakin…” Bukan hanya itu. Anak-anak ini diteriaki dengan keras dan dimarahi dengan kata-kata yang kasar. Kata-kata itu berbunyi begini, “Kalau gak tidur, kepalamu kupecahin pakai helm lho…nanti kupukul lho kepalamu…nanti kubenturin ke dinding lho, kepalamu…” Astaghfirullahaladzhim. Saya hanya mendengar hal ini sembari mengucap istighfar berkali-kali. Sebenarnya, ada satu kata-kata lain yang tidak bisa saya sebutkan di sini karena ini benar-benar menjurus pada kekerasan verbal. Dan juga kekerasan seksual. What a horrible family!

            Kok, ada,ya, orang tua yang begitu?                                                             

            Pertanyaan di benak saya itu akan saya jawab dengan : Ada. Banyak orang tua yang kejam karena keadaan (dan mungkin alasan lain yang sebenernya masih bisa diperbaiki keadaannya) dan belum siap memiliki anak. Anehnya, sang ayah dinasehati oleh si ibu pemilik rumah ini untuk menegur istrinya. Tau apa jawaban suaminya? “Wah, gak tau itu, bu. Ya itu…” Miris bukan?

            Kita, yang hidup di keluarga dengan bekal pendidikan, baik agama, moral hingga akademik, yang bagus, benar-benar memiliki hidup yang lebih baik dibandingkan nasib anak-anak ini. Anak-anak ini tak dilahirkan di dunia dengan keinginan untuk mengalami cara mendidik seperti yang si ibu ini ajarkan. Dan yang lebih parah, ayahnya bersikap ‘tak mau tahu’. Ini lebih parah!

            Barangkali anak-anak ini tak mengerti bahwa kata-kata itu merupakan cara langsung untuk merendahkan posisi mereka sebagai anak. Anak bukanlah seperti orang dewasa. Mereka membutuhkan tempat bergantung karena daya dan energi mereka bukan seperti orang dewasa yang sudah mengalami lika-liku hidup. Mereka berhak untuk tumbuh dengan bekal didikan dan limpahan cinta kasih melalui keluarganya. Kenapa? Keluarga adalah jalan pertama anak untuk mengenal dunia. The first education for children is coming from their moms and dads. Jadi, sudah seharusnya anda sebagai orang dewasa bertindak sebagai penjaga dan pengayom. Jangan hanya limpahi dengan ketegasan, tetapi juga dengan kasih sayang. Memberikan hak-hak mereka sebagai anak. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu. Kalimat di atas adalah kekerasan verbal, bukan? Seandainya anak-anak ini tahu apa arti sebenarnya, entahlah, apakah mereka akan menyesal memiliki orang tua seperti ini? Apakah mereka akan menangis? Apakah mereka akan menduplikasi tindakan ini saat mereka berkeluarga suatu saat nanti? Sebagai orang dewasa, anda harus melindungi mereka. Memberikan mereka contoh untuk menyikapi hidup yang kejam ini. Membekali mereka dengan sumber daya apapun agar mampu berdikari suatu hari nanti.  

            Semoga, anak-anak itu(dan mungkin anak-anak lain yang mengalami hal-hal seperti itu di seluruh dunia) diberikan pertolongan Tuhan. Entah dengan karunia seperti apa. Agar hidup mereka lebih baik.  Dan yang paling penting adalah semoga mereka tak dendam dengan orang tuanya, yang berlaku sangat kasar. Ada dua jurus ampuh saat mendidik anak yaitu melimpahi mereka dengan teguran dan anjuran yang halus (alias dengan penuh kasih sayang) dan tindakan tegas. Ingat, bertindak tegas tidak sama dengan bertindak kasar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun