Mohon tunggu...
SVN
SVN Mohon Tunggu... -

A person who admits that life and death are two parts of incredible journey...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Insiden Crane dan Alarm Kematian

12 September 2015   19:25 Diperbarui: 9 Agustus 2017   18:37 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                Suatu hari nanti, saat kiamat besar itu terjadi, semua ruh itu akan berkumpul dan berbaris. Mereka dihitung amalnya. Padang Mahsyar akan sangat sesak dan berisi manusia dengan beragam wujud dan rupa. Rasulullah SAW juga akan dimintai bantuan oleh nabi-nabi sebelumnya dan seluruh umat akan syafaatnya. Benar begitu? Entahlah. Wallahualam. Kematian adalah salah satu jenis kepastian yang saya yakini dengan sangat penuh di lubuk hati ini. Teringatlah saya dengan salah satu bule-yang mungkin harus disebut ateis- dan berkata begini, “I don’t know. Maybe we’ll just disappear. Triiing!” Kalimat itu jelas akan terdengar sangat aneh bagi kaum theisme seperti rata-rata orang Indonesia. Bagaimana bisa saat kita mati lalu kita akan menghilang seperti jin dengan bunyi: ‘Triiiing’? Perspektif setiap manusia lah yang akan ikut membantunya menemukan arti kehidupan. Wallahualam.

                Sesekali, saya juga bertanya, seperti beberapa fiksi cerpen/puisi saya sebelumnya di Kompasiana, ‘Apakah saya memiliki arti bagi orang lain?’. Mungkin Kompasianer di sini akan mengenang saya dengan online posts yang selalu saya awali dengan salam: ‘Assalamualaikum Wr.Wb’. balasan komentar yang sering diliputi unsur, ‘Terimakasih sudah mampir ke laman saya…’.

                Di hari akhir itu, saya akan melihat sendiri agama mana yang ‘benar’. Pertanyaan itu terkadang menghujam. Mungkin agama yang saya anut lah yang menjadi pedoman yang benar. Mungkin agama lain. Entahlah. Kematian dan hari akhir itu memang sebuah misteri fantastis dramatis eksotis yang tak akan pernah selesai. Sekalipun ilmu secanggih apapun dan kitab-kitab agama itu sudah menggambarkannya. At least, I believe what I believe in Alquran. Mungkin, tingkat keimanan saya belum lah terlalu sempurna. Jadi, alangkah baiknya bagi saya untuk tak menghujat agama lain. Semoga segala kesalahan saya akan dimaafkan oleh siapapun yang mengenal saya sepanjang hidup saya. Semoga saat itu tiba, siapapun akan mengenang saya dengan indah. Mungkin mirip dengan kalimat lagu Samsons zaman dahulu dimana Bams masih menjadi vokalis:‘…sebagai kenangan yang terindah...

                 Seperti sebuah bagian terakhir dalam buku kehidupan: The End.

                 Buku kematian? The Beginning. Semoga saya bertemu lagi di Jannah dengan semua ruh orang-orang kesayangan saya. Atau mungkin saya akan menunggu mereka. Saya akan berada di satu dunia baru, ruangan yang sempit atau sangat luas? Menunggu mereka suatu saat nanti di surga?

                Berbahagialah kalian yang pernah menyentuh kota-kota suci umat Islam itu dalam ibadah bernama haji. Semoga dihitung sebagai amalan syahid apabila memang harus dipanggil-Nya di sana. Artikel ini akan saya tutup dengan kalimat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun