Assalamualaikum Wr.Wb
Pernahkah anda disebut berperangai buruk oleh orang lain? Pernahkah disebut sebagai orang/manusia/perempuan/laki-laki yang memiliki sifat X? X adalah analogi atas sifat buruk. Jika pernah, maka, hal itu lumrah. Siapapun pernah mengalami. Tidak heran bahwa setiap manusia memiliki persepsinya masing-masing atas orang lain, baik merupakan orang yang baru saja dikenal atau yang sudah lama dikenal. Tidak ada jaminan bagi siapapun pria/wanita yang mengenal anda sekian lama akan seratus persen benar-benar mengerti soal diri anda. Kehidupan, pemikiran dan gaya hidup anda. Bahkan, terkadang, suatu preseden buruk akan menimpa anda dalam kategori ‘fitnah’. Fitnah merujuk pada anggapan yang tak benar soal diri anda. Saat anda menempuh roda kehidupan dimana sedang ada di posisi puncak, maka, bukan tidak mungkin, banyak yang iri dan ingin menjatuhkan anda. Hal ini terjadi di lingkungan sosial manapun di muka bumi ini. Oh come on, we’re not angels! Malaikat selalu didefinisikan dalam kitab agama, seperti Alquran, sebagai makhluk yang tanpa dosa dan tanpa kekurangan apapun. Yang dilakukan hanya menyembah Pencipta. Manusia? Manusia bukan malaika.
Alangkah bijaknya jika sebagai manusia, tidak melulu bersikap es-mo-si alias naik pitam. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, entah anda sebagai manusia, atau semua barang-barang ciptaan manusia. Tidak ada. Well, yang hampir mencapai sempurna, memang ada di dunia ini. Siapapun manusia memiliki kelemahan dan kekurangannya sendiri. Sekaliber apapun pamornya. Mungkin, dahulu, belum ada yang namanya ‘haters’ dan ‘lovers/fans’. Tapi, bukan tidak mungkin, ada manusia yang mampu berubah perangai menjadi pembenci anda tanpa anda ketahui. Bahkan, juga, tanpa sebab yang jelas. Orang-orang semacam ini terkadang tak terlalu tau dengan hidup anda. Yang paling sulit menjadi publik figur saat ini adalah kemunculan haters. Lagipula, saya rasa, risih rasanya, dikuntit kamera infotainment kemanapun anda pergi. Ingat tulisan saya di Kompasiana sebelumnya, yang berjudul ‘Macchiato’?. Meskipun hanya fiksi(yang sebenarnya berisi support dari 'tokoh utama' wanita ke pria, Hmm,atau ada yang mau mengatakan setengah realita?), tapi, di sana saya menyebutkan begini.
“…Jangan dengarkan apa yang orang lain katakan. Should you care about what they say?Kau tahu, menyebalkan bukan, saat setiap orang berisik, tapi mereka tak pernah mengerti tentang hidupmu. Siapa yang mengerti tentang hidupmu? Hanya kamu dan Tuhan. Tentu saja, dengan orang-orang penting di dalam hidupmu. Sometimes, people just keep buzzing like bees, you know. It bothers your life, uhh?Jika ada siapapun wanita atau pria yang membicarakan hal-hal buruk tentangmu, orang-orang penting di dalam hidupmu, dan cenderung fitnah, maka, tak perlu kau pedulikan. Setiap manusia di dunia ini mungkin butuh keseimbangan. Selalu ada yang baik dan yang buruk”
Tidak ada siapapun yang sesungguhnya tau mengenai kehidupan anda, selain anda, Tuhan, keluarga dan lingkungan sosial terdekat anda. Terkadang, ada satu sisi dimana anda harus mengabaikan kata-kata buruk dari orang lain, bahkan yang termasuk fitnah.
Baiklah. Akan saya sebutkan beberapa hal yang mungkin akan membantu anda. Hanya sekedar saran. Just take it easy. You may listen. You may not. Pertama, bersikaplah sabar. Kesabaran adalah kunci luar biasa yang pernah tercipta atas semua ujian di dunia ini. Saya rasa, anda semua masih hidup karena memiliki kadar kesabaran dengan tingkat masing-masing. Entah berapa kadarnya. Seperti yang saya sebutkan, siapapun yang baru atau sudah lama mengenal anda, belum tentu tau seratus persen tentang diri anda. Pandangannya bisa selalu buruk soal anda. Bahkan, tak dapat dipungkiri, saat anda berkata atau berbuat baik sekalipun, akan dipikirkan dengan nada yang berbeda.
Bersabarlah. Semua ada waktunya bahwa kabar angin, fitnah ataupun anggapan buruk itu pergi dari dunia anda. Benar katanya. Gak tau kata siapa? Bahwa semakin dewasa seseorang, (belum tentu segaris lurus dengan umur), semakin bijak pilihan yang anda hadapi untuk menghadapi orang lain. Berinteraksi dengan orang lain pasti akan menemui konfrontasi, ketidaksepakatan atau hal-hal buruk lainnya. Itu lumrah, sih. Kedua, serang mereka. Definisi penyerangan yang saya lakukan ini terbagi menjadi dua, yaitu tanpa tedeng aling-aling alias frontal dan yang nonfrontal. Ya, serang mereka! Bukan dengan bom nuklir. Bukan dengan tank. Bukan dengan senjata. Silahkan anda katakan secara terus terang ‘kenapa mereka/ia begini’ atau ‘kenapa mereka/ia begitu’ terhadap anda. Jika bisa, ajaklah bertemu secara empat mata dan katakan secara langsung. Jangan menggunakan komunikasi tidak langsung seperti SMS atau telepon. Itu jika benar-benar tidak darurat, sih. Atau tipe yang ini. Serang dengan segala sisi positif dari hidup anda. Semisal, anda adalah tipe orang yang cenderung mengabaikan dan menyimpan banyak hal dengan baik. Seranglah dengan attitude yang positif. Tetaplah berinteraksi seperti biasa. Anggaplah tak ada konfrontasi apapun. Tetaplah berkata-kata atau berperilaku baik dengan mereka. Tetap membantu. Meskipun di hati, bisa saja agak-agak dongkol, kesal atau retak perasaan ini saat menghadapi mereka. Nobody’s perfect. So, sometimes, you may make them think twice about you. You’re not as bad as they think! Maka, akan ada peluang untuk membuka mata hati orang lain secara lebar bahwa anda tak seperti yang orang lain kira. Atau, kalau bahasa saya: take it easy. Santai wae. Yowes lah! Kalau menurut saya pribadi, cara ini lebih cerdas. Menyerang mereka dengan gaya yang lebih positif. Percuma kan, berkoar-koar di media sosial yang berujung pada sampah di dunia maya? Hanya menghabiskan energi dan hati, betul?
Tiga, take a look inside of yourself. Mungkin, memang ada yang perlu dilihat lagi dari diri anda. Mungkin ini memang kekurangan anda. Atau mungkin, itulah kelemahan anda sebagai seorang manusia, laki-laki atau perempuan. Sesekali, akan mengasyikkan saat anda bisa mencari petuah pada siapapun, termasuk kepada yang lebih tua, tentang masalah anda. Atau mungkin bertanya tentang apa yang harus anda lakukan kepada orang lain. Mungkin, semakin tau, apa saja hal-hal yang memiliki potensi untuk dipersepsikan negatif oleh orang lain. Jika sudah sangat lelah berhadapan dengan manusia macam begini, ubahlah gaya berpikir anda bahwa dunia ini luas. Masih banyak orang-orang baik di luar sana, yang mungkin harus anda percayai, ikuti atau anda jadikan pegangan. Well, terutama apabila, orang-orang seperti ini, sudah terlalu membuat hati anda terasa semakin pedih. Hari semakin buruk. Just let them. Get other good people. Let’s do something good for us. For our society.
Well, hidup tak akan terasa hidup saat tak bertemu musuh, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H