Assalamualaikum Wr.Wb
Sebuah berita duka kembali membuka mata manusia. Mata hati. Seorang anak perempuan, F, tak sengaja memainkan senjata di Sulawesi Selatan Barat. Setelah itu, arah tembakan tak sengaja menjurus pada ibunya, E. Mengarah pada bagian otak. Sekitar sehari yang lalu, tak sengaja saya melihat laporan kejadian ini. Pada saat kejadian, sang ibu sedang membakar ikan. Sang anak mengambil pistol dan membawanya berlari. Tak sengaja, peluru menyasar pada tulang pelipis kanan ibunya.
Sungguh sebuah kenyataan yang miris. Manusia tidak bisa menyangka akan terjadinya musibah semacam ini. Musibah yang barangkali memang terjadi karena sang ayah lalai menaruh senjata api. Katanya, senjata berada di atas meja makan saat sang ayah sedang berkemas. Sang anak pun memainkannya. Hal ini merupakan jendela peringatan untuk anda, para orang tua, dan mungkin calon orang tua, untuk lebih menjaga anak-anak anda, baik di rumah, maupun di luar rumah. Tak ada siapapun yang menginginkan kejadian setragis ini sebagai kisah akhir kehidupan. Tak ada.
Pernyataan yang cukup gentleman, menurut saya, yang berasal dari sang ayah, pak H. Ia berkata pada media bahwa ia bersedia untuk mempertanggungjawabkan kelalaiannya dan siap untuk diberi sangsi oleh Kapolda. Apabila anda mendengarkan suaranya, ia tampak terbata-bata. Bagaimana tidak, ia kehilangan teman hidupnya sekaligus ibu dari putrinya. Hanya saja, ia meminta waktu untuk memulihkan trauma pada putrinya. Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya ikut berduka, pak. Semoga anda dan keluarga tabah.
Setidaknya, hal semacam ini mengingatkan kita untuk mewaspadai benda-benda tajam di sekitar dan di dalam rumah. Perhatikan dengan baik apa saja mainan yang digunakan anak-anak anda. Jika mereka mulai bermain dan sebenarnya ingin ikut anda(istri) untuk memasak, perhatikanlah dengan baik dengan apa ia bermain. Barangkali maksudnya baik untuk membantu anda. Tapi, alangkah baiknya jika anak kecil cukup membantu hal-hal sederhana saja. Mereka mungkin bisa mengelap piring atau sendok, menambah potongan seledri atau timun di sekitar makanan atau sekedar duduk manis di meja makan. Atau cukup menjadikannya sebagai kepala pelayan dengan meneriaki semua anggota keluarga untuk duduk manis di meja makan karena makanan sudah siap.
Jika mereka sudah tumbuh besar, mungkin di usia remaja, anda dapat memperkenalkan metode memasak yang jauh lebih lihai. Menggunakan pisau dan alat-alat lain yang dekat dengan api. Jangan lupa untuk memastikan mereka berhati-hati dengan api saat suatu bahan digoreng dalam wajan, volume gas sekecil apapun bisa membuat percikan api meletup keluar. Mungkin mengenai tangan atau pipi anda. Kenapa? Karena hal sekecil ini pernah menimpa saya dan ibu saya. Hanya percikan api kecil di tangan. Tapi, rasanya, naudzubillah, puanas tenan yo!
Mungkin, apabila saya berada di sana, saya akan bermain dengan anak perempuan itu. Mungkin saya bisa mendongeng di depannya. Ikut menemaninya menangis sembari memeluknya erat, membelai rambutnya dan berkata, “Gak apa-apa, sayang. Ibu sudah di surga…”
Saya meyakini bahwa ini adalah pukulan berat bagi mereka sekeluarga. Tidak tega rasanya membayangkan anak sekecil itu melihat kejadian yang sangat memilukan seperti ini. Entah apa yang akan terjadi di masa depannya. Semoga ia tak menyalahkan dirinya sendiri untuk kematian ibunya. Hal ini lumayan menakutkan mengingat ia melihat sendiri kejadian langsung dimana mainan yang ia sangka sebagai 'permainan asyik' akhirnya menjatuhkan ibunya, membuat sang ibu terluka dan masuk ke Rumah Sakit. Semoga ia bisa tumbuh sebagai gadis kecil layaknya anak perempuan lain sebayanya. Peran dari lingkungan terdekat sangat penting untuk memastikan agar sang anak mampu melewati kejadian semacam ini.
Kematian memang selalu demikian. Barangkali, datang dengan cara yang tak pernah diduga-duga siapapun. Ini adalah peringatan kecil yang sepatutnya menjadi bahan pelajaran bagi siapapun. Kematian memang suatu kenyataan yang pasti di dunia ini. Jangan pernah lupa bahwa anak kecil tidak memiliki daya sebesar orang dewasa. Mereka membutuhkan arahan dari orang tua dan segenap orang dewasa di dekatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H