[caption caption="Sumber: hdw.eweb4.com"][/caption]Sepatu
Tidak seorang pun mengenal Gelgel kecuali aku. Setiap kali aku bertanya pada teman-teman sekelasku, jawabannya selalu sama, tidak ada orang bernama Gelgel dan mereka akan segera mengalihkan pembicaraan tentang ikatan tali sepatuku. Aku melihat ke bawah. Mereka benar, ikatan tali sepatuku terlalu mudah lepas.
Gelgel bilang padaku bahwa itu bukan masalah. Aku tinggal melepaskan sepatu dan bertelanjang kaki. Menurutnya, itu jauh lebih mengasyikkan daripada terbebani oleh gagasan praktis seperti itu. Bagaimana kalau aku menginjak berakan anjing atau ayam, tanyaku suatu kali. Dia tertawa dan berkata, “Setidaknya sepatumu masih bersih.”
“Apa tidak lebih baik kalau kamu mengajariku mengikat tali sepatu?” usulku.
“Boleh,” dia menyetujui. “Tapi aku belum pernah memakai sepatu sebelumnya.”
“Jadi, apa kamu bisa?”
“Tentu.”
Tapi memang dasarnya aku bebal, aku tak kunjung bisa.
Lagi-lagi Sepatu
H-2 ulang tahunku yang kesembilan, aku begitu bersemangat. Ibuku berjanji akan mengadakan pesta yang meriah dan memperbolehkanku mengundang semua teman-temanku. Dia juga sudah memesan kue yang besar untuk ditancapi lilin-lilin berwarna merah di atasnya. Secara khusus aku memberikan undangan kepada Gelgel dengan tulisan, “Kamu harus datang! Ini akan jadi pesta yang menyenangkan :)” Tapi, dengan menyesal dia bilang tidak bisa datang karena pada hari itu dia juga berulang tahun.
Begitu hari H, aku memakai pakaian terbaikku dan duduk di sofa menunggu teman-temanku datang. Kue sudah siap. Makanan dan minuman ditata sedemikian rupa di atas meja, bagus sekali. Segalanya tampak OK. Aku tak menyangka Ibu benar-benar melakukannya.