Mohon tunggu...
sukma ambar
sukma ambar Mohon Tunggu... profesional -

seorang guru yang terus menimba ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miras Oplosan, Salah Siapa? Siapa Peduli?

4 Desember 2014   13:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari ini banyak orang mati sia-sia karena nenggak minuman keras (miras) oplosan. Kejadian kayak begini udah sering banget terjadi. Terulang lagi setiap tahun. Ga tahu karena apa, budaya nenggak miras seperti ini ga pernah jera. Besok kemungkinan ada lagi korban yang jatuh.

Saya pagi ini sempat mencatat beberapa korban yang sudah tewaskarena nenggakmiras ini. Di Jakarta tepatnya di daerah Kramat Jati udah tiga nyawa melayang. Di Garut, sebelas orang meregang nyawa. Sedang di Sumedang yang terkenal sama tahu-nya tujuh orang mati sia-sia.

Salah siapa? Ya salah yang minum. Udah tahu itu minuman keras, dilarang agama, dilarang pemerintah ditenggak juga. Pake acara dioplos lagi. Yang saya denger dan liat di TV itu minuman keras terdiri dari alkohol murni 100% ditambah perasa dari minuman suplemen kadang ditambahin sama lotion antinyamuk. Emang tuh badan diciptain Tuhan untuk dikasih minuman kayak gitu. Kan, hasilnya liat sendiri. Modar.

Saya sebagai guru. Jadi merasa ada yang salah dengan akhlak bangsa ini. Kewarasan dan akal sehat anak bangsa ini kadang-kadang dipertanyakan. Coba, kejadian yang kayak gini terus-terusan terjadi. Dulu pernah di Indramayu, terus di Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur. Malah saya masih ingat, teknisi pesawat asal Rusia juga tewas karena miras oplosan ini.

Apa langkah kita.

Coba kita urut dulu akar masalahnya .Miras itu kan ga ujug ujug ada. Pasti ada oknum yang membuat,jadi ada pabriknya tuh. Ada bahan baku, ada yang ngerjain dan yang pasti ada pengusahanya alias sipemilik modal. Emang bikin miras ga butuh biaya.Nah kalo udah jadi kan pasti dijual , ga mungkin ditenggak sendiri pasti ada distributornya, ada marketingnya. Terus ujungnya ada pedagangnya. Ada yang menjual ke konsumen langsung. Pasti ada warung atawa tokonya. Sampe situ berarti tugas badan POM, pengawas Obat dan Makanan/Minuman. Tugas aparat keamanan untuk menggulung pabrik dan penjual miras kayak gitu. Apalagi pasti ga punya ijin . Sayangnya pihak aparat keamanan dan penegak hukum kerjanya pas udah terjadi. Operasi penertiban miras juga kalo mau deket deket bulan puasa . Setahun bisa dihitung jari. Makanya si pembuat dan pengedar miras bisa leluasa. Apalagi hukumannya ga berat berat amat.

Badan POM , aparat polisi pamong praja, kepolisian, tentara, satpam, aparat desa sampe RT hingga masyarakat umum aktif melakukan pengawasan dan pencegahan. Kalo ada yang lihat ada pabrik yang aneh dan mencurigakan tolong di calling pak polisi, juga kalo ada warung atawa toko yang jual miras tanpa ijin langsung kasih tau pak polisi. Juga pak polisinya aktif juga. Kan punya intel, reserse tolong aktif pak, jangan kalo udah jatuh korban baru bergerak. Itu juga ga sampe akarnya, Cuma sampe pedagangnya. Udah gitu sipedagang mirasnya wis mabur. Babar blass sudah.

Saya prihatin , sebagai masyarakat saya harus menuliskan ini, kasus bangsa ini banyak banget, Narkoba, jual beli manusia (human traffiking ), pelacuran, pornografi,perjudian hingga penyakit sosial lainnya. Mumpung masih bisa dicegah dan tidak besar masalahnya ayo cepet dituntaskan. Kalo udah kayak meksiko, bolivia atawa negara negara yang sudah dikuasai mafia gimana ayo ? Yang salah dan ngaco malah berkuasa. Polisi dan aparat keamanannya malah ngeper alias ciut bin takut.

Udah dulu, saya mau ngajar generasi penerus bangsa. Salam kompasiana, salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun