Mohon tunggu...
sukma ambar
sukma ambar Mohon Tunggu... profesional -

seorang guru yang terus menimba ilmu

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Membaca Pikiran Suami

11 Desember 2014   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:30 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hebat Lho, kemampuan saya ini. Bisa menerawang apa yang ada dipikiran suami .Kemampuan ini saya dapatkan bukan karena puasa mutih 40 hari , atau bertapa di dalam gua , atau minta ilmu sama orang "pinter". Ilmu itu saya dapat dari sekolah  kehidupan. Dosennya kejadian yang setiap hari terjadi,  Ujiannya semua masalah yang datang menerpa kehidupan saya pribadi dan keluarga. Nilainya, bukan cum laude tapi kepasrahan dan keikhlasan .

Yup, itulah cara untuk bisa membaca pikiran suami. Sebagai istri yang sudah 14 tahun menemani suami dalam suka dan duka. Dalam riak maupun badai besar. Saya ibarat pelaut yang sudah menumpangi bahtera dalam damai maupun penuh kegetiran.

Hidup kami sekeluarga tidaklah lurus . Life never flat . Ada badai , ada kedamaian . Lho jadi curhat...balik ke laptop . Membaca pikiran suami itu penting. Diawali dari kemampuan kita membaca apa kesukaan suami, apa yang dibenci, apa yang membuat suami senang, apa yang membuat suami tersentuh.Ini entry pertama.

Entry kedua. Cobalah berdiskusi dari hati ke hati, dalami perasaan paling dasar dari pasangan kita ( kadang banyak lho pasangan yang ga bisa melakukan ini ) . Bila ini sudah dijalani dengan baik. Biasanya kehidupan rumah tangga akan mencapai titik equilibirium, titik keseimbangan. Saling paham, saling mengerti dan saling terbuka. Pada entry kedua ini . Kehidupan rumah tangga  sudah memasuki fase dewasa. Kematangan cara berpikir dan bertindak ada pada fase ini.

Entry ketiga adalah ketika kita benar benar mampu membaca kemauan, keinginan dan cita cita ke depan dari suami. Fase ini kita juga bisa membaca apa hambatan dan kendala yang ada pada suami . Hambatan psikologis dalam berkeluarga harus dapat diselesaikan pada fase ini. sebagai istri saya juga harus membuang keraguan dan ganjalan hati terhadap suami. Tingkat kepercayaan pada pasangan sudah mencapai titik maksimum. Juga tingkat menjaga kepercayaan yang sudah diberikan harus mencapai koordinat tingkat tinggi. Tak ada lagi niatan yang melenceng dan berpotensi meruntuhkan fase fase awal.

Dari semua tulisan saya yang sok ilmiah ini, izinkan saya memberikan resume : Cinta itu hidup , ia bukan barang mati. Cinta itu dinamis. ia tumbuh berkembang atau jatuh layu dan terbuang. Sekali kita mampu menumbuhkan cinta maka selamanya kita akan dalam biduk yang penuh cinta.

Sungguh semua itu sudah saya jalani 14 tahun. Tanpa ada jeda istrirahat. Belajar pada kehidupan. Menempa diri sebagai istri, sahabat, kekasih , murid sekaligus guru .

salam kompasiana,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun