Mohon tunggu...
Rafi Rasyid Sukmahadi
Rafi Rasyid Sukmahadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of Al-Azhar University

semua artikel saya di kompas isinya hanya obrolan biasa, jadi gak usah serius amat bacanya. keep santuy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Buku Nasional 2022: Bagaimana Kita Akan Tertarik pada Sesuatu Jika Jarang Bertemu?

18 Mei 2022   17:20 Diperbarui: 18 Mei 2022   18:14 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Rafi Rasyid Sukmahadi

Hobi : Membaca

Setiap hari adalah hari membaca dan menulis buku. Lebih dari itu, bagi toko buku setiap hari adalah hari menjual dan membeli buku. Mungkin tidak sedikit bangsa Indonesia yang mengetahui bahkan memperingati hari buku nasional. Termasuk saya pribadi yang baru tahu ketika melihat postingan di media sosial tentang peringatan hari buku nasional pada tanggal 17 mei 2022. Maka dari itu, sebagai upaya ikut serta dalam memperingati hari yang bagiku istimewa, ada beberapa informasi, pendapat, dan pengalaman pribadi yang ingin diceritakan dalam artikel ini.

Berdasarkan informasi yang tentunya akurat, bahwa tanggal 17 Mei itu diperingati sebagai hari buku nasional. Hal tersebut digagas oleh Menteri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong (masa pemerintahan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri), yakni Abdul Malik Fadjar. 

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penetapan hari buku nasional tersebut, yakni salah satunya untuk memotivasi kembali masyarakat Indonesia dalam kegiatan literasi membaca dan menulis. Maka pada tanggal 17 Mei 2002 tersebut ditetapkanlah sebagai hari buku nasional, tanggal itu dipilih bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980.

Merujuk hal di atas, dulu kegiatan membaca adalah hal yang tidak begitu menarik bagiku. Hal ini  mungkin seringkali juga dirasakan oleh banyak orang. Namun, setelah hidup di lingkungan pendidikan yakni pesantren dan sekolah, kegiatan yang terlihat membosankan itu justru sekarang menjadi media hiburan bagiku. 

Kegiatan yang terlihat menundukkan kepala itu justru membuka inspirasi di kepala. Kegiatan yang terlihat hanya membuka lembaran-lembaran kertas itu justru membuka lapisan-lapisan bumi serta langit. Kegiatan membaca yang dulu saya kira sederhana bahkan terlihat tak ada gunanya, kini menjadi kegiatan yang ingin sekali saya tuliskan dalam biodata hobi di semua album identitas, portofolio, atau pun curiculum vitae.

Sehingga setelah sekian lama merendam diri dalam larut membaca beberapa buku, saya menemukan sebuah kutipan dari tokoh nasionalis Indonesia yang terkenal dengan pemikirannya yakni, Tan Malaka. Dia pernah berkata dalam bukunya,

"selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi".

Maka atas dasar hal itu, pernah saya memesan buku dari toko online sejumlah satu juta lebih dalam satu invoice ketika duduk di bangku SLTA. Harga yang cukup tinggi bagi usia pelajar seperti saya waktu itu, tetapi atas dasar memahami makna investasi dalam literasi maka berapa pun jumlah harganya itu tidak akan sebanding dengan satu ilmu dan inspirasi yang saya dapat. Yang hal itu dapat menjadi modal utama dalam melakukan aksi yang lebih besar dalam kegiatan literasi.

Tidak berhenti sampai di situ, semakin saya membaca semakin yakin bahwa buku adalah teman yang tak pernah berbohong. Sampai kapan pun, isi buku itu akan tetap, tidak akan berubah (kecuali ada revisi dari penulis atau penerbit), ia hanya akan menyampaikan apa yang terbentuk oleh tinta-tinta yang berjalan di atas halaman-halaman kertas yang terhimpun menjadi buku. Benar atau sasar, akurat atau sesat, buku itu tidak mungkin bersilat lidah. Walaupun bentuknya hanya persegi empat yang tak begitu besar, namun ia adalah sesuatu yang amat besar. 

Meskipun terlihat kecil dan sempit, namun ia adalah keluasan dan kebebasan yang sesungguhnya. Sehingga salah satu tokoh proklamator Indonesia yakni, Moch. Hatta pernah berkata, 

"tak masalah jika aku harus dipenjara. Namun, aku ingin dipenjara bersama buku, karena dengan buku aku menjadi bebas."

Seperti itulah yang saya rasakan ketika hanya berdiam diri di kobong (kamar) saat mondok di Pst. KH. Zainal Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya Prov. Jawa Barat Indonesia. Duduk di pojok seraya membaca buku dan mencoret-coretnya, raga hanya duduk dan diam namun jiwa dan pikiran melanglang buana ke beberapa negara seperti Australia, Palestina, Mesir, dan masih  banyak lagi.

Lalu bagaimana saya memulai untuk suka membaca? Saya akan memberikan saran dan gambaran tips berdasarkan pengalaman pribadi saya. Berikut adalah rinciannya.

Hidup di lingkungan yang banyak buku

Hal yang membuat saya suka buku adalah karena hidup di lingkungan yang banyak memajang banyak karya tulis, baik itu kitab kuning, novel, majalah, dan lain-lain. Karena sering melihat dan bertemu, peluang untuk memegang buku pun akan semakin besar yang nantinya berlanjut pada membacanya. Bagaimana kita akan tertarik pada sesuatu jika jarang bertemu? Jadi, usahakan hidup di sekeliling buku. Baik itu perpustakaan umum atau pun membuat perpustakaan pribadi.

Pikirkan apa yang sebenarnya lebih kita butuhkan daripada ilmu.

Jawabnnya tentu tidak ada. Hanya ilmu yang menjadi sesuatu yang kita butuhkan. Sedangkan ilmu banyak kita ketemui dari satu buku. Tanpa buku, tak mungkin ada yang menghimpun ilmu. Oleh karena itu, seberapa pentingkah buku bagi kehidupan kita masing-masing?

Namun, tidak cukup sampai di situ, kita mungkin mengenal dan hafal terhadap kata-kata mutiara yang sering kita temui ketika di TK maupun SD yakni, "buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya". Maka dari itu, tanpa membaca, tak mungkin ada ilmu yang terbuka. 

Mengikuti event atau lomba menulis

Ini adalah cara yang paling ampuh bagiku untuk semakin semangat dalam mencari dan memahami buku. Karena dengan event atau lomba tersebut dibutuhkan pustaka yang cukup banyak sebagai bahan referensi. Sedikit atau banyak buku yang ditelaah, efek dari inspirasi yang dihasilkan dari membaca bisa mengubah pola pikir seseorang yang berimplikasi pada pola hidup. Yang kemudian berlanjut pada pola masa depan kita masing-masing. 

Dari semua tulisan di atas, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada seluruh penulis, penerbit, pendistribusi, dan pembaca yang semuanya memiliki peran jasa dalam rantai kegiatan literasi membaca di peradaban dunia ini. Selamat Hari Buku Nasional 2022.

Kairo, 17 Mei 2022 pukul 21.23 CLT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun