Mohon tunggu...
Sukma Ayu Raganingtyas
Sukma Ayu Raganingtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

A reader who is trying to write

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membangun Pendidikan Abad ke-21: Peran Kontruktivisme dalam Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif

18 Juni 2024   12:03 Diperbarui: 20 Juni 2024   00:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat pendidikan merupakan cabang ilmu yang mendalami prinsip-prinsip, tujuan, dan metode dalam pendidikan. Dengan makna dasar filsafat yang merujuk pada studi pengetahuan, dalam konteks pendidikan ini berarti mempelajari ilmu tentang pendidikan secara mendalam dan luas sebagai bagian dari ilmu pendidikan. Pendidikan sendiri adalah fondasi penting bagi perkembangan individu dan masyarakat. Dalam hal ini, filsafat pendidikan sangat penting karena memberikan prinsip-prinsip, tujuan, dan metode dasar yang menopang praktik pendidikan. Filsafat pendidikan tidak hanya merupakan ilmu teoritis, tetapi juga mencakup kajian mendalam dan luas yang meneliti berbagai aspek pendidikan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif dan praktis.

Konstruktivisme, salah satu cabang dari filsafat, berfokus pada cara manusia memahami dan mengkonseptualisasikan dunia di sekitarnya. Konstruktivisme berpendapat bahwa pembelajaran adalah hasil konstruksi peserta didik berdasarkan pengalaman belajar mereka. Konstruktivisme, dari kata 'construct' yang berarti membangun atau memperbaiki, mengajarkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi individu.

Filsafat konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu melalui proses yang aktif dan reflektif. Siswa dilihat sebagai pembangun aktif dari pengetahuan mereka sendiri. Secara sederhana, konstruktivisme yang dipelopori oleh J. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan adalah konstruksi yang dibentuk dari analisis kita terhadap sesuatu. Belajar berarti secara aktif membentuk pengertian atau pengetahuan, bukan hanya menerima dari guru, dan berlangsung terus menerus.

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak bisa hanya dipindahkan dari guru kepada murid. Ini berarti peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif mereka. Dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan model pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik, proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.

Prinsip-Prinsip Utama
Menurut Suparno (2010), prinsip-prinsip utama konstruktivisme adalah sebagai berikut: 

(1) Pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri, baik secara personal maupun sosial; 

(2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali siswa aktif berpikir dan bernalar; 

(3) Siswa secara terus menerus mengkonstruksi pengetahuan mereka, sehingga terjadi perubahan konsep menuju pemahaman yang lebih rinci, lengkap, dan sesuai dengan konsep ilmiah; 

(4) Guru berperan dalam menyediakan sarana dan situasi yang mendukung agar proses konstruksi pengetahuan oleh siswa berlangsung dengan baik.

Beberapa tokoh yang mengemukakan pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan antara lain adalah John Dewey, Jean Piaget, Maria Montessori, dan Lev Vygotsky. Pendekatan konstruktivisme bertujuan agar siswa dapat menemukan, memahami, dan menggunakan informasi atau pengetahuan. Pendekatan ini berusaha menciptakan suasana belajar yang dinamis, interaktif, dan berpusat pada siswa.

Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Teori pembelajaran konstruktivisme memiliki pengaruh signifikan dalam dunia pendidikan, menyebabkan pergeseran orientasi pembelajaran di kelas. Orientasi ini bergeser dari berpusat pada guru mengajar menjadi berpusat pada siswa belajar. Siswa tidak lagi dianggap sebagai wadah kosong yang siap diisi dengan informasi oleh guru secara pasif. Sebaliknya, siswa kini dianggap sebagai mitra belajar guru. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dan yang paling mengetahui segalanya, melainkan hanya salah satu dari banyak sumber belajar. Sumber belajar lainnya bisa berupa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran, dan internet.

Konstruktivisme menawarkan perspektif yang dinamis dan aktif tentang bagaimana manusia belajar dan membentuk pemahaman mereka tentang dunia, berbeda dengan pandangan tradisional yang melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang statis dan diterima secara pasif. Pendekatan ini lebih menekankan pada proses bagaimana siswa belajar daripada bagaimana guru mengajar. Dalam kelas konstruktivis, guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas menstimulasi dan memotivasi siswa serta menyediakan pengalaman yang memungkinkan mereka membangun pemahaman melalui diskusi, perbandingan, kerjasama, dan eksperimen dalam kegiatan belajar mereka. Konstruktivisme menekankan keterlibatan siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.

Relevansi Aliran Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Sekarang
Konstruktivisme sangat relevan dalam menjawab kebutuhan zaman, karena metode dan prinsip-prinsipnya sangat cocok dengan kebutuhan pendidikan modern. Misalnya, pendekatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan berbasis proyek sangat sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan masyarakat saat ini, yang membutuhkan individu yang kritis, kreatif, dan mampu bekerja sama. Terutama dalam menghadapi tantangan abad ke-21, keterampilan kritis, kolaboratif, dan kreatif menjadi sangat penting, dan konstruktivisme menawarkan kerangka kerja yang efektif untuk mengembangkan keterampilan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun