Pernahkah kamu merasa bahwa tubuhmu mengalami kenaikan berat badan berlebih padahal sebenarnya kamu memiliki bentuk tubuh yang proporsional? Atau pernahkah kamu melihat seseorang yang melakukan olahraga selama berjam-jam tanpa dibarengi dengan asupan makanan yang seimbang? Hal-hal tersebut merupakan gejala dari eating disorder.Â
Eating disorder merupakan gangguan makan atau kesalahan perilaku saat mengkonsumsi makanan secara terus-menerus. Gejala yang dialami oleh penderita eating disorder pada umumnya berbeda pada setiap penderita, seperti porsi makan yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, obsesi pada berat badan dan bentuk tubuh, serta munculnya rasa bersalah setelah makan.Â
Berdasarkan gejalanya, eating disorder dapat dibedakan menjadi beberapa jenis salah satunya ialah anorexia nervosa. Anorexia nervosa merupakan salah satu kondisi patologi dimana penderitanya cenderung memiliki berat badan yang sangat rendah karena mereka enggan untuk mengkonsumsi makanan akibat rasa takut yang tinggi terhadap kenaikan berat badan.Â
Anorexia nervosa ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi pada kenyataannya anorexia nervosa sering terjadi pada remaja putri hingga wanita usia awal dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa remaja individu akan mengalami perubahan baik secara biologis maupun psikologis.Â
Perubahan biologis yang terjadi pada remaja ditandai dengan bertambahnya berat badan dan tinggi badan, munculnya jakun pada laki-laki, pinggul melebar pada perempuan, serta pertumbuhan organ-organ reproduksi menuju kematangan. Sedangkan, perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi perubahan pola pikir, sosial, dan emosional.Â
Perubahan-perubahan itulah yang membuat mereka merasa bahwa penampilan merupakan hal utama yang penting untuk diperhatikan. Memiliki penampilan yang sesuai dengan standar kecantikan dianggap sebagai sebuah pencapaian yang luar biasa, sehingga mereka memiliki persepsi bahwa demi mendapatkan pencapaian tersebut mereka harus berusaha menahan diri untuk tidak makan.
Munculnya standar kecantikan telah membuat para remaja kehilangan banyak waktu untuk bahagia karena waktu yang mereka miliki hanya digunakan untuk merubah tubuhnya sesuai dengan persepsi yang diyakini, yaitu tubuh langsing dan kulit putih.Â
Bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar kecantikan menyebabkan timbulnya citra tubuh (body image) yang negatif, dimana individu akan kehilangan rasa percaya dirinya dan kemudian merasa sedih, tertekan, hingga stress akibat tidak sesuai nya tubuh yang dimiliki dengan standar kecantikan yang diinginkan.Â
Dengan demikian hal tersebut menyebabkan banyak orang ter obsesi untuk memiliki bentuk tubuh sesuai dengan standar kecantikan melalui perubahan pola makan yang tidak sehat, dimana apabila hal tersebut dibiarkan terus-menerus dan tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan kesehatan, psikologis, bahkan kematian.Â
Oleh karena itu, citra tubuh (body image) yang positif harus dikembangkan supaya setiap individu khususnya remaja mampu menerima bentuk tubuhnya sendiri tanpa harus memikirkan standar kecantikan.Â