Tiba-tiba Elo, bocah yang masih duduk di bangku kelas 3 SD Barito Jakarta Selatan tersebut, bertanya kepada saya tentang makanan kesukaan neneknya (opung dalam bahasa Batak).
Disini saya adalah adek dari opungnya, dalam tradisi adat Batak cucu kakak saya berarti cucu saya artinya saya opungnya juga.Â
"Pung, tau gak apa kesukaan makanan opung praja? ( opung yang tinggal di Jalan Praja)," tanya Elo sang cucu kepada saya.
Sontak pertanyaan dan keinginannya untuk membahagiakan opungnya itu membuat saya agak kaget dan terharu.Â
Betapa tidak? "Bocah" sekecil itu umumnya lebih memikirkan kesenangan sendiri bukan kebahagiaan seseorang, jika pun ada pastinya itu tidaklah banyak.
"Apa yang membuat kalian senang, bahagia, opung kalian itu pasti ikut bahagia," jawab saya. "Opung Praja juga suka bilang begitu, apa saja opung suka tinggal icip-icip," cerita Elo.
Rupanya dia ingin membuat surprise di hari ulang tahun opungnya. Tentu saja keinginannya bikin saya semakin geleng-geleng kepala karena diluar pemikiran saya, dimana orang dewasa belum tentu berkeinginan membuat surprise untuk orang yang dicintai.
Satu hal saya yakini ini adalah buah dari hasil didikan yang baik dari orang tuanya, opungnya, pun didukung lingkungan yang baik.
Sebab perilaku seorang anak umumnya adalah cerminan dari orang tuanya.