Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pameran 'Meraki' Secara Virtual oleh Tiga Perupa

24 Juli 2020   04:15 Diperbarui: 24 Juli 2020   04:04 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menilik kondisi saat ini dimana Pandemi Covid-19 masih belum beranjak pergi dari negeri yang kita cintai, pastinya sangat membatasi gerak langkah dalam melakukan segala aktivitas, jika pun kita harus kembali ke keadaan semula namun tetap pada protokol kesehatan demi meminimalisir penularan, demi kesehatan bersama.Tampaknya hal ini pun dilakukan oleh tiga pelaku seni rupa, yaitu: Harindarvati, Sumbul Pranov dan Meuz Prast, masa Pandemi tak menyurutkan niat mereka untuk tetap berkreativitas meskipun dengan segala keterbatasan dan tunduk pada himbauan pemerintah.

"Karena masa Pandemi dan  kami juga harus tetap menyambung nafas berkesenian, maka kami akan tetap melakukan pameran lukisan meskipun kali ini berbeda dari biasanya, kami melakukan secara virtual live streaming melalui Facebook dan Instagram, Kerja, Kreativitas dan Jiwa, itu yang kami suguhkan dalam Meraki," kata Meuz Prast dalam bincang kami belum lama ini.

Pameran virtual  tersebut akan berlangsung pada Jumat, 24 Juli 2020 hingga 6 Agustus 2020 di Miracle Galeri Suryodiningratan, Yogyakarta, Pukul 15.30wib.

Menurut Meuz, Meraki (may–rah–kee) dari bahasa Yunani punya arti dimana sesuatu dilakukan dengan kreativitas dan cinta hingga sebagian dari jiwa mewujud di dalamnya.

Meraki” dalam bahasa Jawa berarti nyedhaki atau mendekati. Mendekati dalam konteks ini menjadi sebuah proses penggalian dalam mengenali diri, hingga karya-karya yang terlahir dari perenungan tersebut merupakan cerminan sebagian dari jiwa senimannya.

Kata itu mampu merepresentasikan kerja seniman yang bekerja mencipta dengan daya pikir melalui olah bentuk dan rasa.

Sedangkan menurut konsep seni S.Sudjojono, seni adalah jiwa ketok, jiwa seniman yang terlihat dalam karya-karyanya.

Konsep tersebut tidak merujuk pada penilaian atau standar teknik tertentu, namun menekankan pada proses penciptaan karya, bagaimana seniman mengolah cita, rasa dan karsa dalam diri, lalu mewujudkan itu ke dalam bentuk karya yang mampu mewakili dirinya.

Konon prosesnya seperti menelusuri pengalaman sadar dan bawah sadar seniman dengan membebaskan eksplorasinya, sehingga ia meninggalkan simbol-simbol personal sebagai bahasa yang menyatakan pemikirannya yang lebih mengacu pada jati dirinya.

"Dan di masa pandemi ini keterbatasan gerak semestinya tidak menjadi persoalan bagi seniman. Masa kita berbulan-bulan “dirumahkan” ibarat digiring kembali ke studio guna melakukan perenungan kembali, mencipta karya dan mengurangi aktivitas di luar rumah," lanjut Meuz.

Beruntung, kemajuan teknologi telah mempermudah penyajian presentasi hasil karya seni. Dan pada pameran Meraki tersebut pun adalah hasil cipta ketiga pelaku seni di atas selama masa Pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun