Memang dengan memasak, Â semua sisi tubuh kita akan digerakkan, mulai dari tangan apakah itu dengan memegang pisau dapur pakai tenaga untuk memotong sesuatu, kaki kita akan berdiri selama memasak, wajah berkeringat ini bisa menjadi pengganti berolah raga yang dapat menyehatkan badan.
Keuntungan lainnya, dengan memasak dapat menjauhkan kita dari pemborosan, karena kita akan menghindari rutinitas jajan diluar,
dipastikan makan masakan rumah bisa lebih hemat dimana kita sendiri yang menentukan apa yang harus kita masak.Â
Jika dikalkulasi terkadang harga satu porsi makan di restoran atau di luar, bisa mencukupi makanan satu keluarga jika masak sendiri. Atau bisa juga menjadi ladang usaha jika mau.
Tetapi yang paling utama bagi saya, dengan masakan dapat mempererat suatu hubungan dalam keluarga, juga kita akan selalu dirindukan, Â tak hanya keluarga juga teman-teman yang pernah mencicipi masakan kita. Sebaliknya, kita pun merindukan masakan seseorang yang pernah kita cicipi.
Memasak saya senang, salah satu alasan dari sekian alasan karena saya suka makan, maka selalu  ingin tau bagaimana cara membuat apa yang saya makan. Selain menjadi salah satu petuah dari orangtua saya dulu, meskipun tak dipaksa tetapi setidaknya wanita harus bisa memasak.
Mengetahui memasak  secara otodidak, dan kebiasaan saya memasak ketika duduk dibangku SMP, saya memperhatikan kakak kakak saya memasak, sesekali almarhum bapak saya yang memasak berusaha memanjakan anak-anaknya ditengah kesibukannya.
Masakan dengan menggunakan 'Petai' merupakan ciri khas bapak saya memasak, dan dengan masakan itu membuat saya pun merindukan bapak saya, meskipun tak hanya menyoal masakan, banyak kenangan indah, tetapi satu hal dengan masakan kita bisa dirindukan oleh siapa pun.
Dan ketika saya melihat tukang sayur keliling lewat depan rumah, disana ada petai sontak mengingatkan saya akan masakan bapak saya, saya pun tertarik memasak dengan beberapa masakan menggunakan bahan petai.
Jika ada yang bertanya kemana ibu saya?  Jauh sebelum bapak saya menghadap sang pencipta, ibu saya lebih dulu, bahkan tidak satu pun yang bisa saya kenang  atau ingat dari ibu saya, karena disaat kepergiannya konon saya masih balita, mungkin  kakak-kakak  saya  yang dapat mengenangnya, artinya bagaimana rasanya masakan ibu saya? Saya tidak tau, meskipun saya ingin tau.
Tetapi saya mengingat bagaimana  rasanya masakan bapak saya dan bagaimana cara beliau memasak saya pun mengingatnya. Maka ketika saya pun bisa memasak saya merasa bahagia karena dengan masakan kita bisa dirindukan  juga dapat mempererat hubungan keluarga.Â
Saya belum menjadi wanita sempurna, tetapi wanita yang bisa memasak itu mendekati sempurna.