Mohon tunggu...
Sukimah Yono
Sukimah Yono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

3 Cara Saya Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

18 November 2014   06:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kriiing..........”

Sedang asyik-asyiknya istirahat siang dan bercanda dengan Rara, anak ketiga saya, tiba-tiba handphone di tas berbunyi. Saya lihat sekilas, nomor telepon lokal. Jangan-jangan panggilan rapat di kantor nih, pikir saya dalam hati. Maklum, meski sudah mengantor 2 tahunan, saya memang belum hafal sederet nomor telepon kantor, saking banyaknya. Belum lagi berbagai nomor  ekstension ke ruangan masing-masing seksi.

Bergegas, telepon saya angkat.

“ Maaf Bu, bisa minta waktunya sebentar ? Saya dari bank xxx cabang yyy, ” sapa seorang perempuan memulai percakapan ( nama bank dan cabangnya sengaja   saya samarkan).

“ Iya, ada apa Mbak ?” jawab saya ramah, membayangkan ada berita transferan yang akan masuk ke rekening saya. Maklum saja, kemarin saya memang baru saja mengirim nomor rekening dan kuitansi penerimaan hadiah dari sebuah lomba foto yang diikuti Rara.

“ Ibu, selamat yaa.. Ibu telah terpilih 1 dari 10 pemenang yang bisa mengajukan kartu kredit tanpa perlu tanda tangan. Kartu kredit Ibu bebas iuran tahunan sampai 3 tahun.“

“ Wah, saya punya kartu kredit untuk apa ya Mbak ? “

“ Banyak, Bu. Ibu bisa beli berbagai barang, tanpa perlu mengeluarkan uang tunai. Suatu saat ibu pasti membutuhkannya. “ Dan bla...bla..bla..

Sebelum penjelasannya tambah panjang dan lebar, saya langsung memotong uraiannya.

“ Maaf ya Mbak. Enggak deh kartu kreditnya. Trima kasih ya.. ”

Telpon langsung saya tutup.

1) 1) Menolak tawaran kartu kredit yang tak perlu

Entah kenapa, sampai sekarang saya memang belum tertarik untuk mempunyai kartu kredit. Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan berbagai macam kebutuhan, saya menyadari dan berusaha mengenali kelemahan diri. Seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, saya senang sekali ke mall. Entah untuk sekedar window shopping atau berburu diskonan. Apalagi menjelang akhir tahun seperti ini, obral besar-besaran digelar di mana-mana. Nah kalau hobi belanja ini saya turuti, dan punya kartu kredit, bagaimana saya bisa mengontrol pengeluaran saya ?

Kelihatannya memang keren sih, punya beberapa kartu kredit, tinggal gesek sana- sini, tanpa perlu mempedulikan saldo tabungan atau uang tunai yang ada di dompet. Apalagi sekarang banyak sekali kartu kredit yang sering membuat lapar mata kaum hawa. Diskon lumayan besar bila makan di restoran cepat saji, atau potongan harga yang sangat menggiurkan di berbagai gerai ternama. Nah yang jadi kekhawatiran saya adalah karena kemudahan kartu kredit tersebut bisa jadi saya akan menggunakannya melebihi batas kemampuan saya untuk membayar utang kartu kredit. Apalagi ketika saya tak pernah berpikir tentang bunga dan denda yang selalu “mengintai” di belakang kartu kredit tersebut.

Saya sering membaca rubrik konsultasi masalah keuangan di sebuah koran, betapa menderitanya seseorang ketika sudah terjerat utang kartu kredit yang bunganya beranak pinak. Pas nggak punya uang, tagihan bunga dan denda kartu kredit melonjak drastis, ujug-ujug debt collector yang berwajah sangar hilir mudik di depan pintu rumahnya. Apa nggak syerem tuuh ?? Apalagi bunga kartu kredit kan sangat besar, yaitu 3% per bulan atu 36% per tahun. Beda jauh dengan bunga tabungan di bank, yang hanya sebesar 4% per tahun. Apalagi kalau telat membayar tagihan kartu kredit. Kita tak hanya dikenai bunga, tetapi juga akan didenda karena telat membayar. Maka saya sangat setuju dengan pemerintah yang membatasi penggunaan kartu kredit. Untuk orang berpenghasilan di bawah 10 juta per bulan, hanya boleh memiliki kartu kredit paling banyak 2.

Dan saya sebetulnya juga heran sekaligus jengkel, kenapa bank itu rajin sekali telpon ke handphone saya untuk merayu supaya saya mau meng-apply kartu kredit yang ditawarkan banknya sih ? Kejadian yang saya ceritakan di atas bukanlah telepon yang pertama kali saya terima untuk menawarkan kartu kredit lhoo... Sudah sering banget. Yang terbanyak adalah telepon dari kantor pusat bank tersebut. Karena sudah hafal nomor teleponnya, kadang sebelum mereka bicara banyak, telepon langsung saya tutup segera. (Maaf ya .. ). Apa mereka nggak tahu ya, bila seseorang mempunyai banyak kartu kredit, lalu nggak bisa membayar dan menimbulkan kredit macet itu akan merusak stabilitas sistem keuangan negara kita ? Tapi mungkin itulah strategi marketing mereka, bagaimana dan dengan cara apa pun akan mereka lakukan supaya bisa menarik banyak nasabah agar mempunyai kartu kredit.

Saya tahu tak selamanya kartu kredit itu buruk. Jika bisa menggunakannya dengan bijak, kartu kredit ada manfaatnya juga kok. Contohnya adalah teman saya yang berdinas di luar Pulau  Jawa. Dia sering memanfaatkan promo-promo kartu kredit yang dimilikinya, misalnya sarapan gratis di lounge Bandara Juanda, Surabaya. Untungnya dia juga termasuk orang yang cermat dalam memanfaatkan kartu kredit. Pernah dia sekeluarga berbelanja televisi. Saat itu karena uang tunai tak mencukupi, dia gunakan kartu kredit untuk membayar televisi tersebut. Pada hari berikutnya, dia langsung buru-buru membayar tagihan kartu kreditnya tersebut. Tujuannya tentu saja supaya tidak terkena bunga atau denda atas keterlambatan pembayaran kartu kreditnya.

Nah, berikut adalah cara bijak menggunakan kartu kredit :

a. Bayar seluruh tagihan kartu kredit saat jatuh tempo

Cara ini bertujuan untuk menghindarkan diri dari bunga dan denda, bila kita membayar sebagian tagihan kartu kredit saja.

b. Pilih kartu yang manfaatnya paling banyak kita gunakan

Seperti teman saya tersebut, meski dia mempunyai rekening dari beberapa bank, tetapi dia hanya mengambil satu kartu kredit yang bebas biaya iuran tahunan dan sering memberikan manfaat berupa diskon atau gratisan bila berada di tempat-tempat tertentu.

c. Usahakan waktu pembayaran sesuai tanggal gajian

Tujuannya tentu saja setelah gajian, uang di dompet masih banyak, hingga memudahkan untuk membayar tagihan kartu kredit.

d. Cek selalu daftar tagihan

H             Hal ini bertujuan untuk menghindari tagihan-tagihan kartu kredit yang luput dari pengawasan dan    perhatian kita.

1)     2) Mempersiapkan  Uang Muka (Down Payment/DP)   kredit

Di samping menolak berbagai tawaran kartu kredit, cara lain yang saya lakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah dengan mempersiapkan semaksimal mungkin Down Payment (DP) atau uang muka saat akan mengajukan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).  Seperti pada tahun 2008 yang lalu, saya membeli mobil baru seharga Rp 140.400.000,00 dengan cara kredit. Dengan DP Rp 37.500.000,00 dan cicilan per bulannya sebesar Rp 4.009.200,00 selama 3 tahun. Memang terasa berat saat membayar cicilannya, tetapi paling tidak hal tersebut menghindarkan saya dari kredit macet. Dan Alhamdulillah, pada akhir tahun ke-3 atau tahun 2011 cicilan mobil saya tersebut lunas dan langsung bisa membawa Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil dari perusahaan leasing atau bank tempat saya mengambil kredit. Meski sebetulnya saat itu saya diperbolehkan membayar DP di bawah Rp 37.500.000,00, tetapi saya tidak mau. Saya manfaatkan semua uang di tabungan yang ada, karena saya ingin DP yang saya bayar adalah maksimal uang yang saya punya. Bahkan saya sampai menjual sepeda motor lho, untuk meningkatkan uang DP kredit mobil saya.


Memang apa sih keuntungannya  membayar DP besar saat mengajukan kredit ? Banyak. Diantaranya yaitu jumlah cicilan yang dibayar setiap bulan akan kecil. Apalagi kalau jangka waktu yang kita pilih juga pendek. Otomatis bunga yang kita bayarkan pun jadi sedikit . Hal ini juga termasuk cara untuk menjaga stabilitas sistem keuangan lhoo ... Karena dengan pembayaran DP kredit yang besar, hal ini berpengaruh sangat positif, yaitu mencegah timbulnya kredit macet di bank. Otomatis kalau kredit yang bermasalah di bank atau NPL nya kecil, hal ini dapat menjaga stabilitas sistem keuangan negara kita.

3)       3)   Menabung  di bank

Cara lainnya yang saya lakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan yaitu dengan rajin menyimpan atau  menabung uang di bank.


14162392481132794375
14162392481132794375

Di samping mendapat bunga, aman (karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan/LPS), cara ini juga merupakan salah satu cara untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Karena uang yang saya tabung, oleh bank bisa dimanfaatkan untuk membantu pihak lain yang membutuhkan. Caranya yaitu lewat pemberian beraneka kredit. Misalnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Nah sistem keuangan lah yang nanti akan menjalankan fungsinya dengan mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus kepada pihak yang mengalami defisit atau yang benar-benar memerlukan kucuran kredit.

Pengertian Stabilitas Sistem Keuangan

Eh, dari tadi saya kok bicara tentang cara menjaga stabilitas sistem keuangan terus ya ? Memangnya apa sih pengertian Stabilitas Sistem Keuangan itu ? Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Stabilitas sistem keuangan juga dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). Resiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain resiko kredit, resiko likuiditas, resiko pasar dan resiko operasional.

Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi resiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan perekonomian.

Sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar resiko secara baik.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi  menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun