Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Renta Penjual Kacang Rebus

12 Desember 2020   17:52 Diperbarui: 12 Desember 2020   17:55 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan tua renta
Yang duduk di depan gerobak bakso itu
Namanya nyi Ipah, tetangga rumahku
Ia adalah penjual kacang rebus berbungkus kertas koran
Sehari-harinya hanya makan nasi dan garam
Tak ada lauk yang disantapnya
Serta pemasukan sepeserpun
dalam kantong plastik yang ia bawa
Dari hasil jualannya
Untuk membeli beras dan lauk pauk
Memang.. ia jualan kacang rebus
Tetapi bukan miliknya
Semua sekedar titipan, untuk mengais rezeki
Kadang sehari laku sedollar
Kadang sehari tidak laku sama sekali
Tidak ada yang kasihan sama perempuan itu
Yang ada hanyalah kesinisan

Kacang yang dijual menggunakan kertas koran itu
Harganya hanya separuh dari satu dollar
Rasanya pun gurih
Dan paling bikin hati tersentuh
Adalah ketika mulutnya bergumam
Menyebut nama-nama Allah tiada henti
Bukti ia menjadi hambaNya yang bertakwa
Lelah ataupun ngantuk tetap ia lakoni
Hanya demi sesuap nasi dan garam
Untuk menyambung hidup yang serba kekurangan

Tetangga bisa berbuat bila terketuk hatinya
Mungkin, sebelum itu ada percekcokan antar kedua pihak
Hal pertolongan nyi Ipah
Konon dulu ia seorang perempuan panggilan
Lelaki bermobil atau berduit jutaan dollar
Sembari angin desas desus yang menyuarakan
Dan waktu adalah penentu
Kemana ia harus bersandar.

Rumah mungil, 12/12/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun