Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ironi Pernikahan Paksa oleh Besan Matre

18 Agustus 2020   07:19 Diperbarui: 18 Agustus 2020   07:28 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/sitiulfah/

Teruntuk besan matre: ibu dari RD

Biar kujelaskan mengenai pernikahan yang tidak dianggap ini
Secara detail. Secara urut, agar kamu mengerti wahai besan matreku

Pertama. Pernikahan ini bukanlah sebuah ikatan suci yang pernah diajarkan oleh kaum terdahulu,
Penuh cinta, adab, dan keharmonisan diantara dua calon.
Seolah keduanya mengerti akan akhir dari ikatan ini.
Saling menjaga adab pernikahan yang diikrarkan
Dan tidak mengikari janji suci dengan perselingkuhan
Namun kenyataannya anakmu ingkar janji

Kedua. Pernikahan itu bukanlah barang mainan yang seenaknya dicampur aduk olehmu wahai besan matre
Segala sesuatunya harus patuh padamu
Semisal cincin pertunangan yang diikatkan pada jari manis anakmu
Beratnya harus melebihi dari lima gram
Lalu, kulayangkan pertanyaan menohok untukmu:
"Siapa yang akan menikah? Sehingga kamu yang bingung sendiri." Celetukku sinis
Jari telunjuk pun aku arahkan pada mukanya.

Ketiga. Pernikahan suci ini tidak pantas dilanjutkan
Bila kau masih tetap mendesaknya secara paksa
Demikian pula aku mengetahui gelagat anakmu di balik layar
Bercumbu dengan lelaki lain yang tidak dikenal, di seberang jalan dekat sungai Complong
Seribu mata tertuju pada anakmu
Dan itu sangat jelas
Dari sekian bukti yang aku sebutkan
Masihkah kamu mengelak, atau menyembunyikan sesuatu yang belum aku ketahui?
Tidak..tidak..tidak
Aku sudah menampung banyak bukti
Semoga esok, kamu akan mati kutu tidak berdaya
Serta mulutmu berbusa
Tidak andil dalam urusan pernikahan ini

Kamar, 18-8-2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun