Malam itu tepatnya hari jum’at malam sabtu. Seperti biasa setelah bakda magrib aku menyalakan laptop ku untuk kembali beraktivitas. Entah apa yang ku lakukan tentunya mencari kesenangan tersendiri, mencari kehidupan yang belum pernah aku temukan dalam kehidupan nyata. Malam itu hujan turun sangat lebat sekali sepertinya juga terjadi badai. Angin ribut di luar menerpa segala apa saja yang ada. Pohon-pohon disekitar halaman tumbang dan daun-daun berguguran. Berpikir sejenak, sedikit gelisah rupanya hati ini. Memutar otak, mencoba mengelak apa kata hati. Takut. Benar-benar takut kali ini. Takut dengan semua kenyataan dan kata hati. Semoga pemahaman ku salah kali ini. Hujan turun semakin lebat, namun nyatanya kegelisahan itu tetap berlanjut. Malah semakin menjadi-jadi. Pikiran ku kacau, rasanya kepala ku seperti diputar 100 kali. Gemuruh hati ku terdengar lebih kencang dari hujan di luar sana. Tangis ku pun pecah seketika itu. Tak mampu menahan segala rasa yang membuat hati ini semakin sesak. Menahan getaran hati yang semakin kencang. Mencoba rileks tapi tetap saja keadaan itu tetap sama.
Jejak-jejak hujan kemarin malam masih tersisa. Masih terselip keraguan dan kegelisahan diantara pepohonan yang menyapa dipagi itu. Seberkas rasa masih tak mampu mengalahkan sinar mentari dipagi itu. Mengusik hati. Mencoba kembali mengelak dengan apa semua yang terjadi. Tapi aku tak tahu rencana Tuhan, semua melenceng dari harapan. Bagaimana mungkin aku bisa mencintanya jika sahabat dekat ku juga mencintainya. Teman macam apa aku ini jika semua orang tahu tentang rasa ku sebenarnya. Haruskah aku memutuskan persahabatan karena percintaan. Alasan yang tidak masuk akal. Lantas harus bagaimana aku. Haruskah aku berpura-pura dan berbohong pada nuraniku begitupun juga dengan semua orang. Begitu jahatnya aku. Jahat sekali. Memainkan perasaan orang sesukaku. Seperti menerbangkan layang-layang di tanah lapang.
Memang ada selarik harapan yang terlintas dalam raut mukamu. Diawali pertemuan singkat itu dan hingga sekarang. Harus ku akui berbincang denganmu itu tak pernah membosankan. Membicarakan masalah hati hingga negara, kau tetap santai dengan jawabanmu. Tak mau ambil pusing sepertinya. Walaupun rasa cuekmu itu kadang-kadang harus membuat ku harus menghela dan menahan napas karena menahan amarah, tapi aku suka dengan gaya mu yang apa adanya. Kau itu bagai sebuah candu, seperti sebuah kathinon atau apalah. Tanpa disadari kau semakin hari semakin menjalar. Tidak saja pada senja dan pada gerimis tapi sampai pada hujan. Mereka bilang kau dunia tanpa bintang, menbosankan. Tapi bagiku kau murni.
Cinta itu abstrak. Seisi dunia pun tak mampu mengungkap apa itu cinta. Cinta itu tak bisa diibaratkan dengan apa yang sesuai. Kecuali pada mereka yang mengenal apa itu cinta sebenarnya. Semula aku tak pernah membayangkan aku akan berada pada titik ini. Namun rasa itu datang bersama turunya hujan. Lantas bagaimana dengan dia. Haruskah ada pengorbanan. Haruskah aku memutar balikkan cinta ini menjadi benci. Sulit sekali bagiku. Kasihani hati, akulah yang paling tersakiti. Apa semuanya harus ku simpan dalam diam dan merelakannya begitu saja. Seperti hari kemarin aku harus merelakannya untuk kesekian kali. Sungguh itu sangat menyakitkan.
Jalan yang ku pilih untuk melupakan mu, sepertinya itu pilihan yang terbaik. Walau itu sangat memberatkan hati. Tapi tak masalah dan tak usah dipermasalahkan. Daripada hancur persahabatan aku lebih baik hancur karena percintaan. Jika memang kita ditakdirkan dalam satu garis yang sama, suatu saat nanti entah itu kapan tentu kita akan bersama. Bukankah begitu. Semua sudah berada pada takdir Tuhan. Perihal aku bahagia atau tidak tak usah kau permasalahkan. Tak usah kau pedulikan. Nyatanya kau tak pedulikan karena kau tak tau apa yang terjadi sebenarnya. Lebih baik kau tak tahu daripada kau harus mengerti dan membuatmu sakit hati. Biarlah cukup aku yang tahu. Karena saat ini kau dan semua orang belum layak untuk tau. Beberapa cerita itu dibuat tak sesuai dengan apa yang kita damba. Aku pernah mendambakan kita terus bersama dalam waktu yang tak terhingga, namun mimpi itu tak menjadi nyata. Bila ini harus dicukupkan semog selalu ada bahagia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI