Jokowi Kian Berkibar
Hasil survei yang dirilis oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) Minggu, 1 Desember 2013, pendukung terbesar Jokowi masih berasal dari massa PDI-P. Sebanyak 63,6 persen massa PDI-P mendukung Jokowi sebagai capres. Dukungan lain datang dari Partai Demokrat. Mengejutkan, sebanyak 42,7 persen massa pendukung partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu memilih Jokowi sebagai presiden.
Sedangkan massa pendukung Partai Golkar, menurut CSIS, tak seluruhnya mendukung Aburizal Bakrie alias Ical sebagai capres. Sebanyak 22,7 persen massa Partai Golkar memilih mendukung Jokowi.
Demikian pula dengan massa Partai Gerindra. Sebanyak 20,6 persen massa pendukung Gerindra lebih memilih Jokowi daripada Prabowo Subianto.
Dalam survei ini, elektabilitas Jokowi juga berada di tingkat paling atas dengan 34,7 persen. Capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, satu tingkat di bawah Jokowi dengan perolehan suara yang relatif jauh di angka 10,7 persen. Capres Partai Golkar, Aburizal Bakrie alias Ical, berada tipis di bawah Prabowo dengan angka 9 persen.
Sementara itu capres dari Partai Hanura, Wiranto, berada di posisi keempat dengan angka 4,6 persen. Tokoh lainnya adalah mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (3,7 persen), mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri (3,3 persen), Mahfud MD (1,8 persen), dan Hatta Rajasa (0,6 persen). Sementara itu, responden yang belum menentukan calon pemimpinnya mencapai 22,8 persen.
Para Politisi Busuk Menggelepar
Perkembangan hasil survei terbaru tersebut kian membuat para politisi busuk kepanasan dan menggelepar. Yang paling aktual adalah reaksi dari politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul, dia tidak mempercayai hasil survei tersebut yang menunjukkan 42,7 persen massa pendukung Partai Demokrat memilih Jokowi sebagai calon presiden. Bahkan dia menilai para responden survei CSIS yang mendukung Joko Widodo tersebut sebagai orang-orang yang sakit.
Politisi lain yang menggelepar kepanasan adalah Indra Jaya Piliang, Ketua Badan Peneliti dan Pengembangan DPP partai Golkar. Dia mengatakan Jokowi acuh membiarkan buruh demonstrasi di Balaikota ketika menuntut peningkatan upah minimum dan memilih menjalankan aktivitas seperti blusukan menemui masyarakat. Jokowi kader PDIP penganut Marhaenis seharusnya pro terhadap kepentingan buruh, ada suatu dilema yang tak jelas, membela buruh atau berpihak kepada kepentingan pengusaha. Indra juga menyatakan, Jokowi lebih banyak Beringinnya (Golkar) daripada Bantengnya (PDIP) juga Jokowi seperti politisi Golkar yang besar dikandang Banteng. Ini komunikasi politik yang tak dibaca oleh masyarakat, bagi Indra elektabilitas Jokowi akan cepat melorot setelah publik tahu bahwa kinerja Jokowi selama ini bukan untuk kepentingan rakyat, karena terikat kepentingan politik dan agendanya.
Indra Jaya Piliang tampaknya sudah kehabisan pikir untuk menjatuhkan Jokowi. Dia mengalami kesulitan untuk menaikkan elektabilitas Aburizal Bakrie alias Ical yang nyata-nyata sudah menyengsarakan rakyat dengan kasus lumpur Lapindo. Dia tidak memahami bahwa rakyat saat ini tidak lagi memakai pertimbangan Marhaenis atau bukan, rakyat sudah semakin kritis melihat kerja nyata pemimpin mereka. Ideologi partai dianut oleh Jokowi atau tidak, rakyat tidak peduli. Bagi mereka keberpihakan terhadap nasib rakyat lebih penting.
Dari reaksi dua politisi ini mulai terlihat bahwa para politisi busuk mulai menggelepar kepanasan. Kita lihat saja, sebentar lagi pasti akan muncul reaksi dari para politisi partai lain yang terkait dengan hasil survei tersebut. Mereka pasti kian merasa gerah dengan begitu banyak hasil survei yang kian membuat Jokowi berkibar.
Yang pasti apa pun yang dikatakan oleh para politisi busuk tentang Jokowi, tidak akan mempengaruhi kecintaan rakyat kepada Jokowi. Seperti kita ketahui sebelum CSIS mengadakan survei ini, sudah banyak juga survei yang dilakukan oleh lembaga lain dan semuanya menunjukkan tingkat elektabilitas Jokowi yang tertinggi. Dan seperti biasa pasti muncul reaksi negatif dari mereka yang tidak diuntungkan oleh hasil survei tersebut lalu mereka langsung bereaksi ke media untuk menjelek-jelekan Jokowi. Tetapi apa yang terjadi hasil survei terbaru dari CSIS ternyata rakyat tetap menempatkan Jokowi sebagai pilihan mereka.
Hal ini berarti menunjukkan bahwa rakyat tidak peduli dengan apa pun kata para politisi. Mereka tidak mempercayai para politisi negeri ini yang sebagian besar memang busuk dan korup. Rakyat mulai lebih jeli mengamati kerja nyata Jokowi yang memang nyata-nyata berpihak kepada kepentingan mereka. Jadi apa pun pernyataan para politisi busuk negeri ini, rakyat tidak peduli. Mereka menuntut pemimpin yang sungguh kerja nyata dan bukan sekedar umbar pendapat di media. Semua yang diinginkan rakyat saat ini hanya ada pada Jokowi. Hasil survei lembaga sekaliber CSIS tentu tak perlu diragukan lagi.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 2 Desember 2013
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H