Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Seni dan Pemerhati Kehidupan. Visit my official website: www.sukaidea.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Potensi Perpecahan di PDI-P

11 Desember 2013   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah beberapa waktu yang lalu di beberapa tempat di Bandung berlangsung pemasangan spanduk dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai capres kemudian pendirian banyak posko pendukung Jokowi di DIY dan beberapa kota di Jawa Tengah, tadi pagi muncul barisan Pro Megawati (Promeg) di Jawa Timur.

Sebanyak 50 orang aktivis Promeg dari tujuh Kabupaten/Kota di Jawa Timur mendeklarasikan gerakan Megawati Soekarno Putri sebagai Calon Presiden RI 2014-2019. Selain sebagai anak biologis, Megawati juga dianggappenerus ajaran Bung Karno.

Pernyataan sikap politik tersebutdikumandangkan secara serentak di komplek makam Proklamator RI Ir Soekarno, Kota Blitar, Rabu 11 Desember 2013. Menurut Bidho Swasono , koordinatornya, apa yang mereka lakukan murni gerakan arus bawah yang menghendaki Megawati menjadi capres tahun 2014.

Pekik merdeka terlontar bersahut-sahutan. Dua spanduk besar pun dibentang lebar. Semua orang mengenakan kaos dwi warna yang sama. Di bagian muka tertulis"Kebenaran Tetap Kebenaran" dengan sablon foto Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri. Sementara pesan nasionalisme Bung Karno "Indonesia Bukan Bangsa Budak" tercetak huruf kapital di bagian belakang.

Sebelum berdeklarasi, barisan yang mengklaim sebagai kader kultural PDI-P itu lebih dulu berziarah, berdoa dan tabur bunga diatas pusara Bung Karno. Menurut Bidho, gerakan Megawati For Presidentidak akan berhenti pada deklarasi. Barisan arus bawah yang diikuti perwakilan dari Surabaya, Malang, Pasuruan, Kediri (Kabupaten/Kota) dan Blitar (Kabupaten/Kota) akan terusbergerak menggalang dukungan ke semua daerah basis PDI-P.

Menurut Bidho, setelah Jawa Timur, deklarasi yang sama juga akan dicanangkan barisan Promeg Jawa Barat dan Jawa Tengah. Secara tidak langsung, katanya deklarasi juga untuk mengingatkan kepada internal struktural PDI-P,bahwa Megawati adalah pimpinan tertinggi partai dan hasil kongres sepenuhnya terserah Megawati.Terkait munculnya nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang merajai bursa capres 2014, Bidho menyarankan agar kader PDI-P tidak terjebak hasil survei.

Melihat perkembangan gerakan dua kelompok berbeda pro Jokowi dan pro Megawati ini seharusnya PDI-P harus waspada. Apakah gerakan pro Megawati ini benar-benar arus bawah yang dikondisikan kader-kader PDI-P atau gerakan politik luar yang mencoba mengobok-obok PDI-P dan Jokowi?

Kedua kemungkinan tersebut jelas menimbulkan potensi konflik di dalam tubuh PDI-P beserta kader-kadernya. Kalau itu dikondisikan dari dalam agar Megawati yang menjadi presiden, jelas merupakan langkah bodoh. Semua survei oleh lembaga manapun jelas mengunggulkan Jokowi sebagai capres bukan Megawati. Bahkan seandainya dipasangkan Megawati sebagai capres dan Jokowi sebagai cawapres pun juga tidak mendapatkan elektabilitas yang tinggi.

Pernyataan Bidho untuk tidak mempercayai survei, apalagi survei tentang Jokowi yang juga kader PDI-P, merupakan pernyataan yang berbahaya dan bisa menimbulkan perpecahan. Seperti kita ketahui bahwa sudah mulai berkembang pernyataan-pernyataan di masyarakat bahwa apabila Jokowi tidak dicapreskan, mereka tidak akan menggunakan hak pilih, alias akan golput. Situasi tersebut jelas akan menurunkan suara dukungan ke PDI-P dalam pemilu legislatif.

Namun apabila gerakan Promeg di Jawa Timur itu merupakan gerakan kelompok luar PDI-P yang ingin menggoyang PDI-P dan Jokowi maka Megawati beserta partainya harus segera mengambil langkah antisipasi sedini mungkin. Jangan membiarkan kader partainya diadu domba. Tentu langkah yang paling masuk akal adalah PDI-P segera membuat pernyataan siapa yang mereka capreskan agar masa pendukung partai tidak bingung dan terpecah-belah. Karena situasi politik saat ini menunjukkan bahwa siapa capresnya akan sangat mempengaruhi perolehan suara di pemilu legislatif.

Kalau PDI-P mencapreskan Megawati maka bersiaplah akan ditinggalkan oleh pemilihnya dan kemungkinan besar hanya akan menjadi partai oposisi kembali dengan jumlah kadernya yang sedikit di parlemen. Namun apabila mencapreskan Jokowi di pemilu 2014, seperti hasil survei, kemungkinan besar PDI-P akan memenangi pemilu legislatif lebih dahulu dan berlanjut Joko Widodo akan melenggang menuju RI-1. Merdeka !

Salam damai penuh cinta.

***

Solo, Rabu, 11 Desember 2013

Suko Waspodo

www.sukaidea.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun