Mohon tunggu...
Maskatno Giri
Maskatno Giri Mohon Tunggu... Guru - 🌄©Mas Guru B.INGGRIS SMA,The Alumnus of English P PS UNS SURAKARTA

🌄Sukatno Wonogiri, known as Maskatno Giri, the alumnus of English P PS UNS Surakarta, the owner of sukatnowonogiribelajar.blogspot.com: a learning blog for his students

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Setiap Penyakit Ada Obatnya (Kisah Nyata Anak Penderita Autoimun)

12 Maret 2024   11:43 Diperbarui: 28 Juni 2024   04:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Masih pusing dan lemas, itulah keluhan anaku. Kalau  malam hari rasanya  kami  merasakan susah, karena mendengar keluhan , anaku  mengingau , mengeluh dan  tidak merasakan  nyenyaknya tidur.  Lalu paginya istriku membawanya ke membawa ke RS dan ditanganai dokter seperti biasa. Di tangani dokter THT dicek telinganya barangkali ada infeksi telinga , sebagai penyebab pusing.  Ternyata hasilnya  aman. Tidak ada infeksi. Akhirnya anaku dirujuk ke dokter spesialis anak. Setelah pemeriksaan  anaku dinyatakan sakit tipes dan harus dirawat dan tinggal beberapa hari di RS. Setelah  beberapa hari dan anakku merasakan agak fresh dan pusingnya berkurang diperbolehkan pulang.

Sebetulnya aku curiga bahwa anaki tidak menderita  typus tapi asam lambung karena terlalu banyak konsumsi obat. Namun, tidak apa, obat typus tetap dikonsumsi. Obat yang diresepkan obat typus , obat asam lambung dan seperti biasa obat yang diharuskan dikonsumsi secara teratur dexamethasone, divalproex dan ditambahi dari dokter spesialis anak sibital. Sebenarnya dalam benakku bertanya-tanya: kenapa diberi obat anti kejang dua jenis divalproex dan sibital? Menurut referensi via searching di internet sibital adalah obat kejang. Padahal anaku memang benar  sering pusing vertigo lalu pingsan. Tapi  menurutku tanpa kejang.

  Sampai di rumah seperti biasa anaku minum obat secara teratur. Tapi setelah minum sibital beberapa jam kemudian muntah. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti minum sibital. Setelah pulang  anaku  masuk sekolah lagi sekitar 2 atau tiga hari pingsan lagi. Dan setelah pulang ke rumah, anaku dibawa ke RS dirawat dan dirujuk  oleh dokter pertama ke psikiater. Diduga anaku stress dan harus perlu penanganan psikiater. Selama ditreatmen oleh psikiater. Istriku disuruh keluar  dari bangsal. Sekitar 30 menit berlalu. Istriku bertanya kepada anakku, dia  disuruh ngapain. Kata anakku disuruh menjawab pertanyaan tertulis dan menjawab pertanyaan lisan salah satu pertanyaan mengacu pada kehidupan rumah tangga kami . Pertanyaannya apakah anaku bermasalah dengan ortunya atau ortunya sering bertengkar. Anaku menjawab dengan jujur bahwa  kehidupan rumah tangga ortunya harmonis. Demikian juga di sekolah terasa tidak ada masalah. Hari berikutnya anaku dipperbolehkan pulang. Seperti biasa  dokter meresepkan obat Pereda  pusing (paracetamol) , dexamethasone, divalproex dan sibital.

Pulang   dan kembali ke RS  sesuai   penjadwalan dari dokter sudah dilakukan. Tidak terasa sudah berjalan mendekati setahun . Dan belum ada tanda-tanda sembuh total.  Anaku masih sering sakit dan jarang masuk sekolah.  Jadwal  periksa ke dokter sudah diatur oleh dokter.  Istriku dan anaku tetap setia mengikuti nasihat dokter. Saya yakin dokter juga bingung menentukan penyakit dan obat pas. Buktinya beliau berkali kali merujuk ke dokter spesialis yang lain.  Pertma  anakku ditangani dokter ahli  syaraf, lalu dokter THT , dokter spesialis anak dan juga spesialis kulit karena telapak kaki dan sebagian tangan anaku sering mengelupas dan menipis. Kayaknya dokter curiga  bahwa pingsan dan pusing ada hubunganya dengan penyakit kulitnya. Akhirnya  kami disuruh bersabar dengan hasil lab di Prodia. Setelah diperiksa  anaku  disuruh pulang seperti biasa diresepkan obat dexamethasone, devalporoex, parasetamol . Jadi tumpukan obat yang belum dikunsumsi di rumah sudah menggunung. Sebagian obat tidak dikonsumsi. Kami memang sudah mulai ragu ketepatan obatnya.

Setelah jadwal periksa tiba istri dan anaku periksa lagi dan diberitahu bahwa hasil  lab anakku dinyatakan indikasi autoimun bukan epilepsy. Jika ingin yakin supaya cek ke lab yang berbeda di hari yang lain. Setelah diberi obat seperti biasa. Istri dan anaku pulang.

Sampai di rumah . Saya  bercerita kondisi anakku  ke gurunya. Lalu beliau  menyarankan ke ahli herbal. Karena beliau pernah bercerita bahwa muridnya dulu pernah ada yang sakit autoimun lebih parah  dibandingkan  kondisi anakku. Akhirnya kami putuskan tidak ke dokter atau ke RS. Di samping itu kami juga sering menyimak nasihat dari Dr, Zaidul Akbar yang sering berceramah tentang kehebatan khasiat herbal. Kami rutinkan menyiapkan minuman rebusan rimpang : jahe , kunyit,   sereh dan juga resep dari herbalis madu  (madu plus rempah-rempah) dan ramuan  herbalnya.

Alahmdulillah  anakku mengkonsumsi madu jahe, sereh berjalan lebih dari setengah tahun. Kini anaku semakin sehat dan tidak pingsan lagi, kini dia semakin ceria dan masuk sekolah seperti biasa.

Alahamdulillaah Ya Allah Engkau telah mengabulkan doaku selama ini. Kini aku bisa memtik hikmah atas kisah anakku dan semoga bagi pembaca yang baru diberi rezeki sakit  supaya tetap Ikhlas, sabar dan jangan putus asa. Pokoknya dijalani saja. Hikmah atas penyakit anakiu  di antaranya:  kita harus yakin setiap  penyakit ada obatnya, apapun yang terjadi kita harsu tetap belajar sabar dan Ikhlas. Suami istri harus tetap kompak rukun dalam menghadapi masalah, kita perlu cari berbagi refernsi tentang berbagai macam obat, kita tidak boleh buta tentang khasiat obat .Tidak semua obat cocok dengan kita (karena  kita bisa cari referensi   via browsing ) SEMOGA BERMANFAAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun