Mohon tunggu...
Maskatno Giri
Maskatno Giri Mohon Tunggu... Guru - 🌄©Mas Guru B.INGGRIS SMA,The Alumnus of English P PS UNS SURAKARTA

🌄Sukatno Wonogiri, known as Maskatno Giri, the alumnus of English P PS UNS Surakarta, the owner of sukatnowonogiribelajar.blogspot.com: a learning blog for his students

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Cancel Culture "Ajang Pencarian Idola Sejati?

8 September 2021   12:42 Diperbarui: 8 September 2021   18:31 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Cancel  culture" , menurutku adalah  upaya untuk mencari dukungan dari public  melakukan  pembatalan atau  cancel atau lebih jauh lagi berupa  pemboikotan terhadap  seseorang  atau sekelompok orang, supaya dia tidak  membawa pengaruh buruk kepada orang lain,  melalui pertunjukan atau penampilan  di area public / media  umum.

Saat saya ditanya setuju tidak dengan adanya "Cancel Culture"?.  Saya pikir , ini pertanyaaan sulit untuk dijawab. Masyarakatpun akan terbelah dalam menjawab pertanyaan itu.

Kita warga masyarakat tentu tidak  akan setuju bila "cancel culture" diterapkan,  bila alasannya untuk balas dendam  kepada seseorang atau sekelompok orang. 

Memang betul  "Cancel culture" ini  salah satu wujud kesadaran social  dari masyarakat bahwa  seseorang atau sekelompok orang   supaya  menjadi lebih baik. Dan jangan sampai  pengaruh buruknya   membawa  dampak lebih  buruk menyebar di  masyarakat.  

Namun, terkadang masyaratkan pun juga keterlaluan, maksudnya mereka menuntut seseorang menjadi "perfect"  dalam segala hal, tanpa cacat. Padahal sampai kapan pun dan  di ujung  dunia manapun tidak akan ada orang sempurna.

Seperti kasus Saiful Jamil. Banyak warga masyarakat  mencari  pengaruh untuk memboikot dia, supaya dia jangan sampai tampil di TV juga di media lain. Juga ada yang sampai  berharap dia dihukum secara social, salah satunya  agar dia  kehilangan pekerjaan. 

Alasannya ,  dia itu  pelaku criminal tepatnya  penjahat kelamin  lalu sebagai narapidana. Jangan sampai dia ditiru oleh warga masyarakat. Banyak warga  masyarakat  terlalu menuntut ke Saiful supaya tidak hanya baik, ganteng, menghibur tapi harus sempurna tanpa salah. Padahal , kita manusia bisa punya salah. Tentu  kesalahan harusnya  ditutup melalaui  pintu pertobatan.

Saya dan warga masyarakat pun bisa setuju bila "cancel culture" diterapkan. Karena   masyarakat  kita sedang sakit. Mereka  sakit  dan bingung mencari   idola dan keteladanan. 

Masyarakat  seharusnya ditumbuhkan jiwa sosialnya, jiwa untuk  belajar, dan  atau   mendapat  edukasi social.  Warga  masyarakat mestinya semakin sadar pentingnya keteladanan untuk  meraih kehidupan sukses bersama. 

Mestinya masyarakat tidak  salah memilih idola. Apalagi sebagai generasi muda,   jangan sampai salah memilih idola.  Jangan sampai orang yang cacat moral dianggap pahlawan, ditokohkan dan dipuja-puja. 

Sebab ada kasus lain,  jelas-jelas  seseorang terbukti dipengadilan sebagai koruptor, tapi  dia masih dipuja-puja dan masih dipilih menjadi anggota dewan. Ini bukti  warga masyarakat juga keterlaluan . Mereka terlalu baik dan pemaaf . Mereka mudah lupa atas kejahatan seseorang yang merugikan bangsa dan Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun