Bulutangkis adalah sebuah cabang olahraga yang fenomenal di benua Asia terutama di Indonesia. Bulutangkis inilah merupakan cabang olahraga yang masih memberikan harapan emas di kanacah olimpiade meskipun tahun 2012 gagal membawa gelar.
Berbicara bulutangkis tentu berbicara masalah atlit dan tempat latihan, banyak para atlit yang berlomba - lomba memasukki pelatnas (Pelatihan Nasional) sampai mereka harus merelakan melepaskan pendidikannya. Tapi sebenarnya apakah efisien dan efektifkah Pelatnas ?
Pertanyaan ini terjawab pro dan kontra, namun kalau di lihat eksistensinya Pelatnas belum bisa memberikan kebutuhan penuh bahkan masih banyak dari mereka yang di perem (istilah fans badminton kurung). Padahal jika di klub mereka sering dikirim ke turnamen Internasional agar prestasinya gemilang. Jika mereka sudah gemilang di Klub mereka mencoba perekrutan dalam Pelatnas tapi setelah masuk pelatnas mereka seolah hanya berpindah tempat latihan dan hanya satu dua pertandingan yang mereka ikuti selama di Pelatnas. Melihat demikian yang kurang benar Pelatnas atau Klub ?
Banyak atlit Indonesia yang memutuskan keluar dari Pelatnas karena Ia dianggap tidak produktivitas seperti halnya Simon Santoso, Vita Marissa, Hayom Rumbaka, dan masih banyak di antara. Sangat disayangkan apabila keseimbangan Klub dan Pelantas tidak sinkron sehingga tidak terwujudnya prestasi yang berturunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H