Mohon tunggu...
Sukarno Hartoyo
Sukarno Hartoyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang yang berusaha memulai sesuatu dengan kebaikan, untuk kebaikan dan semoga kebaikan yang akan didapatkan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paku "Kemarahan"

24 Mei 2011   08:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:17 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tiba-tiba pikiran ini menjadi kacau. Masalah datang tanpa permisi. Dalam kondisi normal, suasana hati bisa menguasai nya. Akan tetapi dalam situasi emositerlalu sering bahkan terus menerus kitalepas emosi. Kalau seperti itu diam adalah pilihan terbaik.

( Diam tapi sambil merenung, tidak hanya diam saja. Dan tidak kalah pentingnya bertindak )

Sama hal nya dengan momen-momen hidupku. Ada kalanya fase hidup ini sangat terasa berat. Ada kalanya juga berjalan penuh dengan kedamaian.

Ada satu cerita tentang kemarahan.

Seorang anak kecil diberi paku oleh ayahnya. Dia disuruh menancapkan satu buah paku di pagar belakang rumah setiap dia marah.Hari pertama anak itu menancapkan 53 paku. Hari berikutnya lebih sedikit dan terus bertahap berkurang jumlahnya. Ternyata dia mendapati lebih mudah menahan amarahnya dibandingkan dengan menancapkan paku di pagar.

Akhirnya tibalah saatnya anak itu tidak menancapkan paku sama sekali di pagar. Dengan bangga dia menemui ayahnya. Dan ayahnya menyarankan ke dia untuk mencabut kembali paku yang sudah tertancapuntuk setiapn hari ketika dia tidak marah sama sekali.

Hari berlalu, sampai akhirnya dia memberitahu ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut olehnya. Di gandeng nya tangan anak kecil itu menuju pagar di belakang rumah. “ Kamu Hebat Nak.”, tapi coba kamu lihat pagar itu, sekarang berlubang. “Paku yang kamu tancapkan sudah kamu cabut, akan pagarnya menjadi berlubang” katanyalagi.

“ Hati-hati dengan kemarahanmu, karena akibat dari kemarahan itu tidak baik”

(dari salah satu artikel yang pernah aku baca)

Untuk hatiku, semakin bijaklah dalam bersikap dan selalu tebarlah senyuman untuk kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun