Ketika berkunjung ke kediaman istri Almarhum Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (13/9/2018), bakal calon presiden yang sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ditanya soal isu bahwa dirinya mendukung gerakan yang akan mengubah ideologi Pancasila dengan sistem khilafah atau negara Islam.
Dengan tegasnya, mantan Danjen Kopassus ini membantah isu tersebut, dan mengatakan bahwa dirinya telah bersumpah untuk membela Tanah Air yang dibangun berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, Â salah satu visi misinya mencalonkan diri sebagai presiden adalah ingin menegakkan Pancasila dan UUD 1945.Â
Prabowo bisa saja membantah dirinya sama sekali tidak mendukung sistem khilafah yang selama ini didengung-dengungkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Namun, ketika Presiden Jokowi mengeluarkan Perppu untuk membubarkan HTI, sontak saja "nyinyiran" dan kritik pedas dilontarkan pendukungnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). HTI seperti mendapat "angin segar" dan dukungan politik yang cukup berharga  agar bisa terus melanjutkan eksistensinya mengubah ideologi Pancasila dengan sistem khilafah.
Oleh karena itu, setelah dibubarkan pemerintah, HTI Â menyatakan dukungannya pada gerakan #2019GantiPresiden untuk Pilpres tahun depan, karena aspirasi mereka sama dengan massa yang menginginkan adanya perubahan dalam pemerintahan.
Hal ini seperti yang dikatakan Juru bicara HTI, Ismail Yusanto, bahwa organisasinya memiliki semangat yang sama dengan gerakan yang diusung Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera ini. Mereka sama-sama tak menghendaki kepemimpinan Jokowi berlanjut sampai dua periode.Â
Apa yang dikatakan Prabowo, nyatanya tidak sesuai dengan yang ada di sekelilingnya. Bahkan, tayangan video yang memperlihatkan Mardani Ali Sera bersama Ismail Yusanto sempat dilaporkan ke pihak kepolisian karena menyebutkan "2019 Ganti Sistem" di dalam video itu. Jelas ini merupakan bentuk permufakatan jahat untuk mengubah sistem kenegaraan kita.
Akhirnya, terjawab sudah bahwa Keluarga Besar Gus Dur, yang diwakili Yenny Wahid memberikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 nanti. Bahkan, dalam deklarasi tersebut, Yenny tidak sendirian. Ada sembilan elemen Gusdurian lainnya, seperti Barikade Gusdur, Gerakan Kebangkitan Nasional (Gatara), Forum Kyai Kampung Nusantara (FKKNU), Jaringan Perempuan untuk NKRI, Satuan Mahasiswa Nusantara, Profesional Peduli Bangsa, Komunitas Santri Pojokan, Milenial Political Movement, dan Garis Politik Mawardi.
Dukungan NU dan Keluarga Besar Gus Dur dan eleman lainnya kepada Jokowi-Ma'ruf Amin, menjadi bukti bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang bisa diharapkan untuk menjaga kedaulatan bangsa, dan tidak mau sedikitpun kompromi dan memberikan tempat bagi ideologi lain yang hendak mengubah ideologi Pancasila dan UUD 1945.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H