Mohon tunggu...
Sukarja Sukarja
Sukarja Sukarja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mengawali bekerja (sejak 1998an) sebagai desain grafis di beberapa tempat, seperti Tabloid Tokoh (Bali Post group), Polaneka (kini Pola Grade), Tabloid PCplus, Iklan ASM (Gramedia Majalah), dan sejak Maret 2013 menjadi Editor Online di TabloidRumah.com. Suka ngenet, bikin blog, juga website.www.syakirasyakir.com,www.maskarja.blogspot.com,www.alfalahku.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Gubernur Jakarta Secara Rasional

12 September 2012   11:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:34 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI Jakarta akan memasuki putaran ke-2 pada 20 September 2012. Pada putaran kedua ini, ada dua pasang calon, yaitu: Foke-Nara dan Jokowi-Ahok. Pada putaran pertama, calon yang saya pilih adalah Hidayat-Didiek. Saya memilih calon dari PKS, karena PKS masih saya anggap sebagai partai yang bersih, setidaknya lebih bersih dari partai yang lain.

Nah, pada putaran kedua ini, saya tidak akan memilih Foke-Nara, dan tentu lebih memilih lawannya Jokowi-Ahok. Mengapa? Fauzi Bowo (Foke) sudah saya anggap gagal membangun Jakarta, meskipun pengalamannya sebagai birokrat sudah cukup lama, mulai dari kadis pariwisata, sekwilda, wakil gubernur, hingga gubernur terakhir;


  1. Ucapan-ucapan Foke-Nara yang gak bermartabat, mulai dari “memaksa” korban kebakaran untuk memilih dia kalau mau tetap dibangunkan rumah di Jakarta, pencabutan KTP, adanya  sumpah AlQuran agar memilih dia, dan lain sebagainya, termasuk isu2 SARA yang ada;
  2. Foke-Nara sudah terlalu tua, maka saya lebih memilih yang lebih muda, lebih dinamis, lebih kreatif, lebih humanis, dan lebih merakyat…kasihan kan Foke-Nara apalagi kalau sudah sering marah-marah;
  3. Jokowi dikenal sebagai walikota yang sukses hingga memperoleh penghargaan sebagai walikota terbaik dunia, bahkan pernah mendapat penghargaan dari Bung Hatta Award
  4. Jokowi orangnya kreatif yang menginspirasi pelajar-pelajar Solo merakit mobil esemka. Jiwa inilah penting untuk menginspirasi warga Jakarta;
  5. Jokowi lebih merakyat daripada Foke. Inilah pemimpin yang memang kita butuhkan, karena yang dia pimpin adalah rakyat;
  6. Jokowi-Ahok lebih menggunakan kekuatan rakyat, sehingga tidak ada “utang” kepada cukong;
  7. Banyaknya dukungan budayawan dan seniman kepada Jokowi-Ahok akan memberikan kekuatan bagi Jokowi dalam meningkatkan kepedulian warga Jakarta dalam mewarisi budaya bangsanya, karena selama ini Jakarta kering akan seni dan budaya.
  8. dll.


Banyaknya alasan saya di atas merupakan bagian dari rasionalitas saya dalam memilih pemimpin. Saya tidak mengekor istri dan keluarga besarnya ( Betawi asli) yang kekeh memilih Foke-Nara. Saya punya pilihan sendiri yang sudah melalui tahap-tahap pemikiran. Jadi, bukan sekadar pilih. Kalau awalnya saya memilih Hidayat-Didiek dengan semboyannya “Ayo Bereskan Jakarta”, maka pada putaran kedua pun saya kosisten ingin membereskan Jakarta. Nah, tentu saja yang mampu membereskan Jakarta adalah pemimpin atau gebernur baru, bukan orang incumbent.

Ayo kita bereskan Jakarta! Jadikan Jakarta lebih baik, Jakarta Baru!

http://www.syakirasyakir.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun