Perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini telah memberikan dampak signifikan pada lingkungan hidup. Di salah satu sisi, adanya teknologi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena memberikan kemajuan dalam pengelolaan sumber daya dan energi terbaru. Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi yang berlebihan dan kurang bijak juga menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan.
Peran arsitektur dibutuhkan sebagaimana hubungan bangunan dengan lingkungan. Baik fasilitas, utilitas, atau desain bangunan. Konsep arsitektur dengan lingkungan sudah ada, berupa arsitektur hijau yang melibatkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Di Indonesia konsep mengenai hubungan arsitektur dengan lingkungan, disamping adanya konsep arsitektur hijau, Indonesia memiliki konsep arsitektur Nusantara.
Arsitektur Nusantara dibutuhkan sebagai upaya meningkatkan identitas budaya lokal serta sebagai cara untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal. Dalam konteks ini, desain arsitektur yang mencerminkan tradisi dan estetika lokal dapat menjadi poin khusus dan berkontribusi pada identitas budaya lokal.
Untuk masa depan, arsitektur Nusantara dapat dijadikan sebagai bagian integral dari strategi pembangunan dan peningkatan identitas budaya lokal. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat memastikan bahwa desain dan struktur arsitektonik kita tidak hanya mencerminkan keunikan dan keindahan alam, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan budaya kita.
Arsitektur Nusantara bukan hanya tentang desain fisik, tetapi juga tentang cara hidup dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Sebagai contoh, konsep arsitektur "cincin api" yang mencerminkan situasi geografis dan kondisi iklim di Indonesia. Masyarakat Indonesia hidup di antara "cincin api" atau zona aktif gempa bumi, yang membuat mereka harus adaptif dalam membangun berbagai bangunan.
Material utama dalam arsitektur Nusantara adalah kayu. Kayu telah menjadi materi utama untuk rumah-rumah adat di Indonesia dan banyak orang yang ingin menggabungkan elemen modern dengan elemen tradisional dengan menggunakan unsur kayu pada dinding dan lantai.
Struktur bergoyang pada arsitektur Nusantara juga menjadi salah satu ciri khasnya. Dalam wilayah yang rawan bencana gempa bumi, bangunan harus diciptakan untuk meminimalisir kerugian harta dan nyawa akibat gempa. Untuk membuat struktur bergoyang, rumah dibangun dengan konstruksi ikat serta menggunakan sambungan pen lubang dan pasak.
Selain itu, konsep arsitektur Nusantara juga mencakup memiliki banyak area resapan air. Hal ini dikarenakan curah hujan di Indonesia cukup tinggi, sehingga butuh banyak area resapan air. Saat cuaca sedang panas, air yang terserap ke dalam tanah, bisa kembali menguap.
Untuk masa depan, arsitektur Nusantara harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menerapkan teknologi baru dan inovatif. Misalnya, menggunakan teknologi energi hijau dalam arsitektur, seperti panel surya atau sistem penyimpanan energi, dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari bangunan. Selain itu, penggunaan material ramah lingkungan seperti bambu dan kayu recycle juga dapat menjadi alternatif bagi material tradisional seperti beton dan besi.
Dengan demikian, arsitektur Nusantara bukan hanya tentang desain atau fungsi bangunan, tetapi juga tentang cara kita hidup dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat memastikan bahwa desain dan struktur arsitektonik kita tidak hanya mencerminkan keunikan dan keindahan alam, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan budaya kita. Dalam era modern ini, arsitektur Nusantara harus tetap lestari dan bisa diimplementasikan di kehidupan modern guna kebutuhannya untuk masa depan.
Dengan konsep arsitektur Nusantara yang minim bahan baku dan minim kebutuhan yang tidak menguras banyak teknologi, tentunya perbaikan lingkungan lebih baik untuk masa depan.