Tiga hari lalu, saya menuju ke salah satu toko buku yang terletak di salah satu pusat perbelanjaan di kota kami. Sebelum saya memasuki toko buku yang terletak di Lantai 2, rupanya di Ruang Utama Lantai 1 mal itu sedang dipamerkan sekaligus dipasarkan salah satu “mobil murah” yang biasa diperbincangkan di ruang media massa kita.
Singkat cerita, tak lama berselang, seorang gadis SPG dengan ramahnya memberi saya brosur 'mobil murah' yang dipamerkan itu, seraya memberi penjelasan ringkas, padat, dan terperinci mengenai keunggulan mobil ini [spesifikasi dan harganya].
sumber foto: Tribun Jakarta/JEPRIMA
Kalau sebelumnya, saya hanya acuh tak acuh dengan informasi yang saya dengar itu, tiba-tiba suara hatiku pun tergugah dengan penjelasan Sang SPG tadi. Ketika itu, secara spontan muncul keinginan besar untuk 'membelinya'. Maklum, teringat kembali ketika saya studi di negeri jiran, kulihat begitu banyak dosen dan pegawai universitas [hampir seluruhnya] mampu memiliki mobil hanya dengan mengandalkan gaji mereka sepenuhnya dari negara.
Setelah itu, kulihat dengan seksama daftar harga mobil dalam brosurnya. Rupanya, harga untuk semua tipe tetap saja di atas 100 juta rupiah. Kucoba menghitung-hitung gajiku sebagai PNS gol. III dan penghasilan lain yang nilainya sangat kecil, dengan harapan kelak dapat membayar angsuran dan uang muka.
Hasilnya, tetap saja tak mencukupi jika hanya sekadar mengandalkan gaji sebagai seorang PNS. Dengan fasilitas kredit bank, mungkin saja gaji dan penghasilan lainnya cukup untuk menutupi biaya angsuran perbulan, tetapi dengan syarat harus membayar biaya uang muka lebih 50% dari harga mobil. Inilah masalahnya! Kita mampu membayar angsuran tetapi tak mampu bayar uang muka...[?]
***
Yang menarik bagi saya adalah terminologi mobil murah itu. Betulkah ia mobil murah? Murah dalam hal apa? Murah menurut cara pandang siapa? Bagi Anda mungkin saja ia adalah mobil murah beneran. Akan tetapi, bagi saya [sebab memang tak cukup duit], mobil murah tetap saja mahal.
Satu-satunya yang diuntungkan dengan isu mobil murah adalah para produsen dan penjual mobil itu sendiri. Alasannya sederhana saja, sebab kita belum membelinya tetapi sudah dicekoki dengan anggapan bahwa 'mobil murah' itu murah. Bahkan, tidak sedikit di antara kita pun mungkin bersetuju dengan isu murah seperti ini.
Sekali lagi, bagi saya, mobil murah tetap saja mahal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H