Mohon tunggu...
Sukardi Sukardi
Sukardi Sukardi Mohon Tunggu... -

Lahir di Prambanan,Lulus dari Universitas Indonesia\r\nPernah bekerja di Mc Cann Erickson Indonesia, Dentsu Young and Rubicam, Publicis, Matari, Fortune, Arteknpartners, Kraftig

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kini, Istirahatlah dengan Damai

3 September 2014   22:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:42 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dahsyatnya perang Bosnia menyisakan kepiluan yang traumatis, kekejaman tentara Serbia terhadap Bosnia tidak ubahnya seperti Hitler membantai kaum Yahudi pada Perang Dunia ke 2, bahkan tentara keamanan yang dibentuk oleh PBB untuk menjaga perdamaian tidak bisa memberi jaminan keamanan kepada muslim Bosnia, sehingga kekejaman pembersihan genosida terjadi di Bosnia.

Bosnia seharusnya kala itu sudah berada di zona aman, karena sudah mengikuti instruksi dari tentara perdamaian PBB supaya mengungsi di daerah Sebrenica yang di jaga tentara keamanan PBB. Namun tentara Serbia tetap nekat menyerbu kawasan yang seharusnya daerah bebas perang,akibatnya korban meninggal dunia dari pihak Bosnia tak terkirakan banyaknya, tidak saja dari tentara tetapi juga masyarakat sipil, Ibu dan anak-anak ikut menjadi korban pembantaian oleh tentara Serbia.

Kondisi perang yang amburadul dan banyaknya korban meninggal menyebabkan tidak ada pihak keluarga yang bisa mengurus jenasah sanak saudaranya. Disamping itu tentara Serbia mengubur secara masal para korban pembantaian ditempat yang tersembunyi dan terpisah di beberapa lokasi, sehingga sulit di temukan. Serbia memang ingin menghilangkan jejak dari tuduhan internasional bahwa telah terjadi genosida terhadap etnik Bosnia

Setelah perang usai, warga etnik Bosnia yang selamat mulai mencoba mencari sanak saudaranya, apakah mereka selamat, atau jika tewas dimana makamnya . Pada umumnya mereka sia sia dalam pencarian tersebut, karena tentara Serbia merahasiakan keberadaan etnik Bosnia dan merahasiakan makam masal tersebut berada ditempat yang sukar ditemukan, baru beberapa tahun ini akhirnya satu persatu keberadaan kuburan masal tersebut berhasil ditemukan. Para keluarga korban hanya bisa

menemukan pemakaman masal yang bisu yang hanya berupa hamparan tanah yang sudah ditumbuhi semak belukar, sangat mengenaskan, tidak ada identitas apapun yang bisa menjelaskan ini makam siapa ? hal ini membuat perasaansemakin pilu bagi keluarganya, padahal mereka ingin menumpahkan perasaanmelalui doa doanya kepada orang yang dicintainya, agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan pengampunan dan mendapat tempat yang layak disisinya.

Untunglah beberapa tahun terakhir ini dimana situasi damai mulai dirasakan oleh etnis Muslim Bosnia, dan kehidupan mulai tertata, masjid mulai dibuka kembali, sekolah mulai dengan kegiatan belajar mengajarnya. Ekonomi mulai menggeliat dengan beroperasinya pabrik, kegiatan pasar dasn sebagainya. Beberapa keluarga mulai bisa menyekolahkan anak anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, diantaranya sudah ada yang menjadi dokter. Si dokter muda inilah yang terpanggil untuk mencari kepastian siapa mayat mayat yang ada di pemakaman masal tersebut. Sesuai dengan keahliannya yaitu kedokteran forensik, maka si dokter muda ingin melakukan identifikasi jenazah yang ada di kuburan masal untuk memastikan identitas dari para jenazah tersebut, sehingga bisa meyakinkan keluarganya bahwa disinilah dimakamkan salah satu anggota keluarganya. Mulailah ia melaksanakan niat besarnya yaitu dengan melakukan penggalian kuburan masal, dan mulailah satu persatu mayat yang tidak dikenal dilakukan identifikasi dengan test DNA. Alhamdulillah niat baiknya mendapat sambutan antusias dari keluarga korban, dan akhirnya satu persatu jasad mulai dikenali, paling tidak saat ini sudah ada sekitar 20% dari seluruh korban pembantaian sudah dimakamkan kembali dengan batu nisan yang tertera nama orang yang di makamkan.

Saat ini jika sanak saudaranya berjiarah ke makam masal tersebut sudah bisa membedakan, inilah makam suami tersayang “Hadziomarovic”, disebelah sana terlihat makam anak lelaki tersayang “Hasanovic” dll. Para handaitolan dan sanak saudara menjadi lega, mereka bisa mengunjungi/berjiarah ke makam orang yang dicintainya dengan pasti dan bisa mendoakan tepat di atas makamnya. Kepedulian dokter muda ini patut diacungi jempol, karena tanpa rasa peduli, kemungkinan kuburan masal hanya akan menyisakan misteri yang tidak terungkap selamanya. Di Indonesia sebenarnya juga bisa melakukan hal serupa, bukankah negeri ini juga banyak kuburan masal yang sampai saat ini belum di identifikasi ?, sebut saja korban tsunami di Aceh, korban Mall Klender akibat tragedi Mei 1998. Masalahnya siapa berani peduli ? atau membiarkan kuburan masal tersebut menjadi sebuah misteri selamanya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun