[caption id="attachment_198848" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (foto: sourceblogger.com)"][/caption]
NGEBLOG atau menulis, pada hakekatnya adalah pelajaran kehidupan. Kita bisa memperdalam ilmu tulis-menulis dengan berkaca pada apa yang terjadi di sekitar. Karena menulis pada hakekatnya sama dengan menanam bunga. Ngeblog atau menulis sama dengan belajar telepati. Kita bisa belajar menulis dengan mengambil 'teladan' pada Partai Demokrat atau Lady Gaga. Dan yang terkini, kita bisa belajar ngeblog dengan meminjam kiat-kiat yang dilakukan pasangan Jokowi-Ahok.
Tips ngeblog apa saja yang bisa kita pelajari dari Jokowi-Ahok? 1. Pertegas identitas
Pasangan Jokowi-Ahok mengejutkan Tanah Air ketika memilih baju kotak-kotak sebagai identitas. Mengejutkan, karena ini teknik pencitraan yang belum pernah dilakukan siapapun sebelumnya. Dalam waktu singkat, baju kotak-kotak menjadi trade mark pasangan ini. Baju kotak-kotak memberi sugesti positif bagi masyarakat. Kini jika melihat baju kotak-kotak (apapun warnanya) asosiasi masyarakat akan mengarah ke pasangan Jokowi-Ahok.
Pada ngeblog, sangat penting untuk mempertegas identitas. Jika ngeblog di blog pribadi, identitas bisa ditandai dengan theme atau template yang unik. Atau dengan menambahkan foto atau gambar unik di header. Atau membuat favicon, ikon mungil yang biasa muncul di browser. Bisa juga melalui tagline.
Pada blog keroyokan seperti Kompasiana, identitas seseorang diketahui melalui avatar atau profile picture. Jadi, pilihlah avatar dengan bijak. Dan jika sudah memilih, jangan terlalu sering mengganti avatar karena bisa membuat pembaca (atau bahkan teman) merasa bingung. Secara psikologis, ketika seseorang mengganti avatar, dia akan terlihat sebagai 'orang asing'. Apabila avatarnya sudah sangat dikenal, jika karena sesuatu dan lain hal Anda terpaksa membuat akun baru karena akun lama  dihapus oleh admin, pihak yang pernah menjadi teman akan langsung mengenali.
Identitas juga bisa dipertegas melalui gaya bahasa atau tema yang dipilih. Di Kompasiana ada  yang dikenal karena gaya tulisannya yang 'Betawi banget'. Ada yang suka menulis humor, baik yang biasa-biasa atau yang tergolong 'humor satire'. Ada yang senang menulis teknologi, ada yang suka membahas olahraga secara umum, ada yang suka otomotif (dan secara terbuka mengaku sebagai penggemar Valentino Rossi), ada yang gemar menulis tentang catur, ada yang spesialis penulis konflik PSSI-KPSI, ada yang suka membahas agama pihak lain, ada yang suka menuding pihak lain sebagai 'sekuler-liberal', ada yang fasih menulis puisi, ada yang spesialis cerpen, ada yang senang menulis tentang seks, dan semacamnya. (Jika teman-teman bisa mengidentifikasi siapa saja Kompasianer yang sesuai dengan kriteria di atas, artinya Kompasianer itu telah berhasil membangun identitasnya di Kompasiana).
2. Jangan arogan
Jokowi-Ahok dikenal sebagai pasangan yang ramah. Tidak arogan. Mereka tidak memasang sekat (baik yang kelihatan maupun tidak) dengan konstituen. Semasa kampanye, mereka mendatangi langsung masyarakat dan menyapa mereka. Masyarakat tidak diperlakukan sebagai 'aset untuk mendulang suara' namun benar-benar dilihat sebagai sesama yang setara.
Dalam ngeblog, arogan merupakan godaan terbesar. Biasanya arogan ini berkaitan dengan narsisme. Banyak blogger (dan juga Kompasianer) yang merasa dirinya paling benar dan semua orang pasti salah. Ciri khas khusus dari blogger yang arogan adalah kebiasaan menghapus komentar dari pihak yang berseberangan.
Memang, di dunia blog, menghapus atau memoderasi komentar merupakan hak mutlak pemilik blog. Menghapus komentar bisa dipahami jika komentarnya bernada menghina atau menghujat. Namun jika yang dihapus adalah komentar yang secara substansi berseberangan dengan pendirian si blogger, maka itu pertanda arogan.