MENULIS merupakan hobi yang paling menyenangkan. Karena selain bisa menyalurkan ide, gagasan dan curahan hati, juga bisa menjadi alternatif pemasukan. Bahkan, jika dikelola dengan tepat, hobi menulis bisa menjadi bisnis yang menggiurkan.
Hingga lima tahun lalu, untuk membuat (atau menerbitkan) buku, seseorang harus berhubungan dengan penerbit terkemuka. Prosesnya ribet, lama dan kadang bikin frustrasi. Belum lagi dengan kecilnya royalti. Namun untunglah, perkembangan jaman (juga teknologi) memungkinkan siapapun menjadi penerbit. Artinya, semua orang kini bisa masuk dan ikut memperebutkan "kue' di bisnis penerbitan.
Dewasa ini, peluang di bisnis penerbitan tak hanya di buku cetak, namun juga buku elektronik (yang umumnya dikenal dengan istilah e-book).
Kalau begitu, apa yang harus dilakukan untuk memulai bisnis dengan menulis? Ini hal yang bisa dilakukan:
1. Pilih nama penerbitan Karena Anda akan menjadi penerbit, maka Anda perlu memilih nama untuk penerbitan itu. Nama tentu terserah Anda. Dulu, ketika kami di Rumah Kayu memutuskan membentuk penerbitan, kami memilih nama Daun Ilalang Publishing. Daun Ilalang Publishing sudah menghasilkan satu buku hasil kompilasi tulisan di blog Rumah Kayu berjudul Senandung Cinta adari Rumah Kayu.
Guna keperluan menerbitkan ebook di Kindle Direct Publishing di Amazon, saya mendirikan beberapa 'perusahaan' penerbitan. Masing-masing genre memiliki nama penerbit tersendiri. Misalnya untuk kisah fiksi bergenre Western, nama penerbit yang saya gunakan adalah Wildwest Press Co. dan Wild West Story Corp.
Namanya bisnis tentu perlu modal. Apapun jenis bisnisnya, tetap memerlukan modal. Berapa besar modal yang perlu disediakan untuk bisnis penerbitan buku itu tergantung platform yang digunakan. Untuk tahap awal, sebaiknya modal ditekan seminimal mungkin.
3. Tentukan platform Platform apa yang akan digunakan untuk bisnis penerbitan? Apakah yang disasar buku cetak? Apakah buku digital? Ataukah kombinasi cetak dan digital?
Berdasarkan pengalaman, platform digital cenderung lebih mudah. Selain tidak ribet, juga lebih murah. Namun untuk pasar Indonesia, prospek buku cetakan masih sangat besar.
4. Buat perencanaan Setelah menentukan platform, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan. Misalnya, untuk tahun 2014, berapa buku yang direncanakan untuk diterbitkan? Apa jenisnya, apakah non fiksi atau fiksi?