NGANJUK - Para investor asing mulai melirik dan berdatangan. Di masa resesi dunia saat ini  hanya sektor Pertanian yg tereksis, yang merupakan induk dari sektor-sektor yang lain, seperti industri, perdagangan/ bisnis, pendidikan, dan sebagainya.Â
Maka wajarlah kalau negara-negara besar di Eropa dan Amerika, ketika badai krisis ekonomi dunia menghantam, mereka tetap percaya diri, karena sektor agraris mereka sangat tangguh. Ketahanan pangan mereka tidak tergoyahkan. Mereka mampu menghidupi rakyatnya dari cadangan sektor pertanian.
Beda dgn negara kita, walau sektor agraris mendominasi tp rasio pengolahan/ kepemilikan lahan sangat kecil.Padahal, seharusnya 1 orang  mengolah lahan minimal 1 hektar.Â
Ternyata di kita  tidak ada 0,2 hektar per orang. Wajarlah, bahan pokok, seperti beras, jagung dan lain-lain kita blum aman. Sedangkan di negara asing sudah dibilang ready unlimited.
Demikian juga konsumsi daging kita pertahun rata-rata hanya 5 kg per orang. Sedangkan di negara berkembang, seperti Vietnam per tahun konsumsi daging  rata2  26 kg. Menyusul Malaysia dan Thailand, pondasi ekonomi sektor pertanian sudah jauh di atas kita.
Mengapa demikian?
Masyarakat kita terdampak paham feodal, pola kehidupan kota/ priayayi  yang jauh jauh dari sawah menjadi incarannya. Sedangkan manjadi petani seolah termarjinalkan.
Mari, kita mepelopori, mengubah mindset umat, dengan menanam dengan konsep perimbngan antara lahan pertanian dengan pohon penyelamat sumber mata air.
Satu kader pejuang negeri  dan  umat  satu batang pohon hingga tumbuh dewasa. "Mari kita tinggalkan sumber mata air dan jangan tinggalkan sumber air mata." (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI