Hiking ke Curug Cibeureum Selabintana | SD5 & SD6 fathia.sch.id
CAANG [ Catatan Angkot #edisibackpackeran ] Hari sabtu, 14 September 2013 siswa/i SD5 dan SD6 fathia.sch.id hiking ke curug cibeureum Selabintana Sukabumi, sejak pagi anak-anak sudah berkumpul di parkiran Selamat Toserba, meeting point yang sudah disepakati. Dengan dua angkot merah arah selabintanaan, kami menyarter kedua kendaraan itu menuju ke Pondok Halimun ( PH ). Hanya hitungan belasan menit kami sudah sampai di PH. Jalan menuju PH memang tidak semulus jalan protokol atau jalur utama selabintana, dengan retribusi perorang sebesar 3000 rupiah seharusnya jalan menju lokasi bagus, aman dan nyaman sehingga banyak dikunjungi wisatawan, beruntung ketika kami melintas jalan tersebut sedang ada perbaikan jalan sehingga bisa lebih cepat sampai tujuan, walaupun masih banyak jalan yang bolong-bolong yang menuntut pengendar berhati-hati melaluinya. Masih mending jika dibandingkan dengan jalan menuju perkebunan teh goalpara, jalanannya seperti selokan kering, tujuan “surga” yang harus melewati jalan “neraka” Tiba di Pondok Halimun, siswa siswi dikumpulkan dan dibariskan menjadi dua kelompok, putra dan putri, dicek tas dan perbekalannya, barang-barang berharga dipastikan aman, dan jika kelebihan beban maka sebagian bisa disimpan dan dititipkan. Sebelum melanjutkan perjalanan, pemanasan dan olah raga ringan multak dilakukan supaya badan tidak kaget dan menghindari cedera otot. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki dilakukan pemanasan ringan. Setelah dirasa cukup maka pasukan siap meluncur menuju curug (air terjun ) cibeureum dengan didampingi fasilitator di depan, ditengah, di belakang dan satu fasilitator yang selalu mengecek bolak-bailik ke depan dan kebelakang, untuk lebih menyemangati perjalanan maka diingatkan yel-yel “satu komando!, satu tujuan!” , jaga teman seperjalanan, tidak saling mendahului, tidak saling meninggalkan! Satu komando, satu tujuan! Air terjun (curug) Cibeureum Selabintana merupakan air terjun tertinggi yang ada di kawasan Taman Nasional gunung gede Pangrango, setinggi 60 meter. Air terjun ini dapat ditempuh pada jalan setapak berbatu menyusuri punggungan dan lembah di bawah naungan rimbunnya tajuk pohon-pohon, jaraknya sejauh 3,5 KM yang bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam untuk ukuran normal berjalan orang dewasa. Karena kami bersama anak-anak dan berjalan cukup santai, kami star t pukul 8 dan tiba di curug pukul 10 lebih. Disepanjang perjalanan anak-anak menikmati udara sejuk, pemandangan yang hijau, dan beruntung bisa melihat satwa khas yang ada di sini, seperti owa, tupai dan binatang lainnya, berbeda dengan jalur cibodas, pengunjung dari pos pertama bisa dengan mudah dimanjakan pemandangan seru melihat owa, surili bergelantungan seakan menyambut kita, di jalur selabintana relatif sepi, hanya suara-suara burung yang sering terdengar. Oiya yang tak kalah serunya binatang PACET, hewan ini banyak ditemui di sepanjang perjalanan, saya sendiri beberapa kali kewalahan melepaskan pacet yang sempat mampir dan tanpa izin menyedot darah saya, di kaki kiri dan kanan, tangan dan ada yang sempat nempok dileher, begitu juga dengan beberapa orang peserta, ada yang sempat nangis karena pacet. Tiba di curug menjadi kepuasan tersendiri, kelelahan selama perjalanan untuk sementara waktu hilang berganti dengan keceriaan, setelah rehat sejenak dan ngemil, tanpa dikomando lagi anak-anak mulai bermain air, ada yg nyebur, menyusuri sungai kecil, main ciprat-cipratan air atau yang hanya sekedar merendam kakinya mengusir pegal. Setelah puas bermain, ganti baju dan makan bekalnya, anak-anak kembali rehat, berfoto-foto mengabadikan suasana di curug. Satu setengah jam kami berada di curug. Setelah cukup puas, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang, seperti perjalanan menuju curug, di setiap pos kami istirahat, selain untuk memulihkan tenaga, juga untuk mengecek peserta, supaya tetap bersama tidak ada yang tercecer. Keselamatan adalah hal yang utama, namun sedetail atau se”safty” apapun ada saja kejadian diluar yang diharapkan, seperti salah seorang peserta yang terjatuh dan memar di lututnya meninggalkan sobekan di celananya, beruntung pertolongan pertama langsung diberikan dan dipastikan luka tidak terlalu serius, atau juga ada peserta yang teriak-teriak kaget karena kakinya berdarah oleh pacet, kepanikan terjadi karena temannya yang memberitahukan sambil panik, ketenangan dan tetap fokus mengambil tindakan cepat dan tepat diperlukan disaat situasi panik suapaya keadaan bisa terkontrol dan kondusif, alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Di akhir perjalanan pulang, anak-anak dikumpulkan sejenak, waktunya refleksi, refleksi dimanfaatkan me-recalling pengalaman yang baru saja di dapat supaya anak bisa mengambil pelajaran dan manfaat. “Perjuangan” “Capek” “Seru” “Senang” “kerja sama” dan kata-kata lainnya mewakili perasaan dan pikiran mereka setelah ditanyakan bagaimana perasaan dan apa yang dipikirkan? Alhamdulillah hiking berjalan lancar, atas bimbingan dan pertolongan Allah, alhamdulillah kepercayaan orang tua menjadi bekal kemandirian dan kepercayadirian anak. Wallahu’a’lam bisshowab @artridwan | Fasilitator | kawan bermain, belajar dan bertualang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H