Sebagian wanita mengkhawatirkan kesibukannya melayani ummat menjadi penghambat dalam mendidik anak-anaknya, sehingga ia dengan sangat enteng mengurangi kiprahnya melayani ummat. Di sisi lain ada pula yang tetap dalam kesibukannya melayani ummat, dan membiarkan anaknya terbengkalai, keluar dari visi pendidikan yang semestinya turut dijaga sang Ibu. Ada pula yang di tengah-tengah kesibukan berkiprah tetap mengalokasikan waktu istimewa bagi anak-naknya, seperti bermain di taman & kebun binatang, jalan-jalan dan belanja di mall, dan rekreasi lainnya. Waktu istimewa tersebut diberikan dalam bentuk rekreasi keluarga akhir pekan, atau menciptakan keceriaan bersama anak-anak.
Dari Khairah kita bisa belajar tentang bagiamana menjadi dan memerankan sebagai Ibu yang suaminya juga sama-sama seorang budak. Begitulah, suami dan istri sama-sama seorang pelayan. Atau dalam tafsiran dangkal saya, sama-sama orang yang memiliki spirit besar dalam melayani orang lain. Namun di sisi lain berhasil memberikan pendidikan yang istimewa bagi buah hatinya.
Yang pertama di miliki Khairah adalah totalitas baik dalam peran dirinya sebagai seorang istri maupun sebagai pelayan Ummu Salamah. Ilustrasi totalitas kita bisa menerawang kisah para sahabat yang hijrah pertama kali ke negeri Habasyah. Mereka menjalankannya tanpa keraguan sedikitpun terhadap janji Pertolongan Allah dan komando dari Rasulullaah. Para sahabat berangkat dengan perencanaan terbaik, redaksi komunikasi terbaik, perbekalan terbaik yang dimiliki, waktu terbaik. Semunya yang terbaik.
Totalitas inilah yang sebenarnya menjadi syarat datangnya pertolongan Allah, menjadi syarat pula berjalnnya skenario terbaik Allah bagi tarbiyah puteranya-Hasan Al Bashri.
Yang kedua adalah Khairah benar benar mengerti kapan dan seperti apa waktu istimewa bagi anaknya. Bagi Khairah yang sangat sibuk, waktu-waktu istimewa untuk anaknya ialah mengajaknya keluar bertemu dengan orang-orang shaleh, para sahabat Nabi, memintakan do’a kepada mereka yang terdengar langsung oleh anaknya. Ya, do’a adalah harapan dan sekaligus bisa menjadi visi yang membangun kekokohan jiwa anak. Berbeda dengan kebanyakan kita yang menganggap istimewa kalau anak kita lebih banyak sekedar bertemu dengan hewan-hewan di kebun binatang, penjual karcis di taman rekreasi, atau pelayan-pelayan yang cantik atau ganteng di restoran dan mall.
Semoga dari Khairah saya dan istri saya yang belum tentu cukup usia dalam membersamai pendidikan putri kami mendapat hikmah serta menjadi lantaran memperolah hidayah, taufik, serta inayah Allah untuk semakin yakin bahwa Allah memiliki skenario lebih baik dari kami dalam perencanaan mendidik anak, sebagaimana skenario Allah yang sungguh sempurna terhadap Hasan Al Bashri. Dan, semoga kami dapat mempersembahkan waktu-waktu yang betul-betul istimewa bagi buah hati kami.
____________________
Barakallaah fii umrik, Istriku. @Kurnia Fitri Muthmainnah
12 Juni 2102
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H