“Saya tidak menemukan orang yang lebih aku hargai darinya.”
(Iyyas bin Muawiyah)
Itulah komentar Iyyas bin Muawiyah ketika diminta pendapat tentang seseorang wanita. Penuturan tersebut tentu sangat istimewa, karena Iyyas bukanlah sembarangan orang di antara para Tabi’in. Iyyas dipilih oleh Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz sebagai Qadhi (Hakim) di wilayah Iraq yang di dalamnya terdapat kota berjuluk benteng ilmu dalam peradaban Islam, yakni Bashrah.
Bagi Iyyas ia lebih baik dari Hasan Al Bashri, murid terbaik Sahabat Abdullah bin Abbas. Meskipun Hasan Al Bashri merupakan Ulama paling terkemuka di zamnnya karena Hasan Al Bashri menjadi referensi dan panutan utama Khalifah dan para pejabat manakala mengambil kebijakan. Bagi Iyyas ia lebih baik dari Hasan Al Bashri (puternya) dan juga saudaranya sendiri Ibnu Sirrin dalam bidang ilmu dan Ibadah. Ia mengahafal Al Qur’an saat usianya baru 12 tahun.
Siapakah sebenarnya wanita yang sedang dibicarakan?
Ia sangat setia dalam melayani Ummu Salamah, Ummul Mukminin. Ia selalu melayani dan melaksanakan pekerjaan rumahnya, perhatian kepada anak-anaknya, mengurusi dan sekaligus merawat mereka. Sampai-sampai Seorang ulama terkemuka di Bashrah pernah meriwayatkan Ibunya yang sangat taat pada Ummu salamah ini, “Kata nenekku, ia menyusukanku pada Ummu Salamah, Istri Rasulullah Saw.”
Nampaknya, Ibu Al Hasan ini sangat total dalam melayani Ummu Salamah. Demikian sebaliknya, Ummu Salamah memperlakukannya dengan sangat baik setiap mengutusnya untuk keperluan dirinya. Seperti disebutkan bahwa Ummu Salamah pernah menyuruhnya untuk suatu keperluan, sehingga ia tidak sempat mengurus anaknya yang saat itu masih pada masa menyusu Ibunya, hingga si Kecil menangis. Maka Ummu Salamah menyibukkan dirinya dengan memebrikan susunya hingga si Kecil tenang. Sehingga banyak ulama berpendapat bahwa kecemeralangan anak wanita pelayan Ummu Salamh ini adalah buah dari keberkahan dari susuan wanita yang terhubung pada Rasulullah.
Seperti yang dikisahkan juga bahwa Ummu Salamah mengajak keluar Al Hasan yang masih kecil kepada para sahabat Rasulullah Saw. Mereka semua mendo’akan. Salah satunya adalah Umar bin Khaththab, “Yaa Allah, berikanlah pemahaman mendalam pada agama dan jadikan ia dicintai umat manusia.” Itulah do’a utk si Kecil, Al Hasan, ketika dibawa keluar bersama Ibunya.
Dengan semua ini, ia memperoleh keberkahan pada puteranya Al Hasan berkat do’a dari Umar bin Khaththab, dan menjadikannya sebagian dari Tabi’in terbaik. Sungguh sangat cerdik sikpanya dalam posisinya sebagai seorang pelayan. Namun tidak mengahmbatnya untuk melahirkan manusia yang pantas diikuti dan dicintai oleh umat manusia.
Dialah Khairah, seorang Ibu yang lebih cerdik dari anaknya. Ibu yang faham bagaimana mencari keberkahan bagi buah hatinya di tengah kesibukannya meberikan totalitas pelayanan kepada Ummul Mukminin.
___________________