Pertaubatan, (bag 2)
Ustat basyirun namanya, Tokok agama disebuah desa religi
Kemana-mana berbaju taqwa dan selalu berpeci
Sudah menjadi gaya life style setiap hari.
Tindak tanduknya selalu tertata rapi, beliau orang baik
Dengan ilmu-ilmu dan pemahaman kitab
yang tak diragukan lagi. Karenanya, banyak orang yang sungkan dan menghormati. Tetapi, seiring pemahaman ilmunya yang semakin dalam, beliau ingin kembali pada nurani yang selama ini memberontak. Diri di luar tak harus berpenampilan suci, tak butuh sanjungan dan dikagumi. Hanya akan menjadikan diri tinggi hati. Ustat basyirun sadar, dengan ilmu-ilmu yang dipelajari, beliau menjadi tidak berarti, tidak ada apa-apanya, bahkan tidak lebih bernilai dari sebutir debu, beliau ingin kembali menjadi manusia biasa, diam menikmati keintiman ibadahnya sendirian, dengan bathin yang merdeka, lepas dari dogma tak ingin dikultuskan sebagai tokoh dan pemuka. Karena bukan jaminan mendapat kapling syurga. Dilepaskannya atribut-atribut keduniaan, yang selama ini menjadikan pembeda, orang-orang suci, ahli-ahli syurga katanya, orang-orang di sekelilingnya bersuara sumbang tetapi tak diperdulikan, Beliau kembali, kembali sebelum mati, kembali menjadi diri sendiri, sekarang
#sujatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H