Dia,
Adalah rumput liar yang tumbuh di dasar jurang
Dengan akar menancap kuat pada dinding bebatuan
Yang setiap ujung dahannya menyulur
menjadi tangan-tangan pelindung,
dedaunannya adalah anugrah bagi jiwa-jiwa pencari,
bunga di tangkainya mejadi persinggahan damai
bahkan meski sudah gugur ke bumi,
buahnya adalah pribadi yang mau mengenali diri.
Adalah embun pagi yang bermutiara,
Kilaunya menyejukkan sukma-sukma
Tidak hanya di sini, di tempat gersang nan tandus
Di tempat penantian dan pengharapan
paling akhir yang selalu dinantikan,
Adalah angin yang bertiup lembut
Yang datang memangguk dahan-dahan
dengan sangat hati-hati dan perlahan
Agar tak mematahkan ranting yang rapuh
Meski sebenarnya sang angin
mengetahui yang harus terjatuh
Adalah setitik cahaya yang tak harus menerangi
Tetapi sebagai tanda ada harap yang masih tersisa
Dalam kebingungan pada pekatnya malam gelap gulita,
Adalah jalan sembuh, obat dari kesakitan
dan penderitaan, tetapi diabaikan
Karena kepintaran mengalahkan keyakinan
membutakan mata menolak yang diberikan,
Adalah kebenaran yang tak harus dibenarkan
Melainkan diterjemahkan kepada semesta alam
Hingga menembus batas dimensi kefanaan,
Adalah Dia yang ku umpamakan, yang membuatmu
Menyimpan kegelisahan dan pertanyaan
kemudian berbincang panjang denganku
lalu engkau juga meng iyakan...
#sujatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H