Mohon tunggu...
Sujanarko 10
Sujanarko 10 Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya adalah sekumpulan tulang yang ingin belajar tentang arti kehidupan melalui tulisan. Ya, tulisan yang semoga memberi maanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Seni Memaafkan

22 Februari 2015   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak, sebelum Anda membaca tulisan ini lebih lanjut, ada baiknya Anda beristirahat dulu. Merenungkan segala kekuasaan Tuhan atas terciptanya bumi ini. Lihatlah langit yang membentang luas dan dapat berdiri kokoh tanpa tiang yang menopangnya. Lalu, pernahkah Anda melihat sebuah bangunan yang dibuat oleh manusia dapat berdiri kokoh tanpa tiang yang menopangnnya? Saya rasa tidak. Bahkan bangunan termegah dan tertinggi di dunia pun membutuhkan tiang untuk menopangnya, agar bangunan tersebut tidak jatuh. Lantas mengapa langit yang tanpa tiang tidak jatuh? Jawabannya sudah pasti, adanya kebesaran Tuhan yang dapat melakukan apapun dengan kehendakNya.

Sekarang lihatlah diri Anda, apakah Anda masih bersedih dengan kondisi Anda? Sementara Tuhan bisa mengubah hal yang mustahil menjadi nyata. Hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Apapun kondisi Anda saat ini: miskin, cacat, ditimpa malapetaka, hingga kesehatan terganggu, serta tak memiliki kecerdasan yang tinggi, dan apapun yang Anda anggap sebagai kekurangan. Sebenarnya itu bukanlah sebuah kekurangan melainkan sebuah kekuatan. Maka, janganlah bersedih hanya karena kondisi Anda saat ini. Sebab, kondisi itu akan tetap Anda rasakan selama Anda terus merasakannya sebagai kekurangan.

Pertanyaannya, bagaimanakah kondisi tersebut bisa disebut sebagai kekuatan?

Dalam bukunya yang berjudul The Positif Prinsiple Today, Dr. Norman Vincent Peale memberikan pengalaman yang mengagumkan yang ia dapat dari seorang bernama Chet Craig, seorang teman yang menjadi penganut pikiran ulung. Dia betul-betul memperhatikan kesehatannya. Kadang berlari-lari hingga mencapai seratus mil dalam seminggu. Pada suaru hari secara tiba-tiba tubuhnya diserang oleh karena suatu rasa sakit. Selanjutnya dia harus menjalani operasi, karena terdapat kanker pada biji kemaluannya. Meskipun demikian, dia tetap  saja mempertahankan mental yang tinggi. “Saya harus bekerja dengan pikiran saya, sehingga penyakit yang mengganggu pikiran, saya anggap tidak ada.

Penyakit itu hanya menyerang pada bagian tubuh saja. Oleh karena itu, saya bisa bertahan dan tetap unggul di atas segala penderitaan saya,” demikian ucapnya dengan cara berpikir positif. “Saya justru mencapai taraf keunggulan yang paling tinggi,” katanya. Dan betul juga. Laporan terakhir membenarkan keadaan yang sesungguhnya. Prinsip berpikir positif sangat menunjang usahanya.

Ada juga seorang pria yang saya anggap sebagai seorang tokoh pemberi ilham bagi saya selama bertahun-tahun. Saat itu saya sedang memenuhi acara ceramah kepada ribuan orang di Omaha. Sebelum saya sempat menyampaikan ceramah, tiba-tiba seorang psikolog industri yang terkenal muncul di panggung mendahului saya. Ia tidak bisa berdiri, karena kedua kakinya lumpuh. Akan tetapi yang jelas otak dan pikirannya tidak ikut lumpuh. Karena sambil duduk di kursi rodanya, dia telah berhasil menyampaikan sebuah ceramah yang luar biasa. Ketika hadirin melihatnya dan mulai siap untuk mendengarkan, hanya beberapa detik saja mereka sudah merasa kasihan dan menaruh iba terhadap dirinya.

Namun setelah dia berbicara, semua orang mendengarkan dengan penuh minat. Ternyata dia adalah seorang pembicara yang piawai, menarik, pandai memberi saran, ramah tamah dan penuh humor.

Kemudian rasa kagum saya sampaikan padanya. Bahwa dia sanggup menyampaikan ceramahnya dengan menadik tanpa berdiri diatas kedua belah kakinya. Ia hanya menjawab, “Otak dan pikiran kita tidak terletak pada kaki. Tetapi di kepala kita. Benar kaki saya lumpuh, tetapi otak dan pikiran saya sehat. Saya busa terus melanjutkan hidup ini tanpa kaki, karena saya masih memiliki otak yang masih giat bekerja.”

♣♣♣

Rajawali adalah burung yang sering kali disebut sebagai rajanya burung, seperti singa yang disebut sebagai raja hutan. Rajawali memiliki beberapa kelebihan, antara lain ia memiliki pandangan yang sangat tajam. Dari tempat yang tinggi, ia mengincar mangsanya dan sebelum mangsanya sadar akan bahaya, ia segera menukin ke bawah dan menyambar mangsanya.

Ia juga memiliki cakar yang kuat. Sekali mencengkramkan mangsanya, ia tidak akan melepaskannya. Ia juga tidak takut menghadapi angin ribut dan badai. Sementara burung-burung lain takut dan bersembunyi saat terjadi badai, rajawali justru mengembangkan sayapnya dan naik lebih tinggi dengan menggunakan tiupan angin yang kuat.

Namun, dibalik keistemewaannya itu ia ditempa begitu berat. Ketika ia masih anak-anak, ia didorong oleh induknya dari tebing atau puncak pohon yang tinggi. Saat jatuh kebawah, ia berusaha mengepak-ngepakkan sayapnya; tetapi karena belum terlatih, ia segera meluncur ke bawah. Ia memekik ketakutan, tetapi dengan segera induknya menukik kebawah, mengangkatnya dan menaruhnya kembali disangkar.

Keesokan paginya, induknya kembali melakukan hal yang sama padanya. Latihan itu terus dilakukan sang induk berulang-berulang ia bisa menggunakan sayapnya dan mulai menikmati terbang perdananya. Latihan itu sangat bermanfaat dan diperlukan untuk masa depannya.

Apa hikmah yang dapat Anda ambil dari kisah sederhana diatas? Kegigihan? Ya! Kerja keras? Pasti. Tapi ada hikmah lain yang dapat kita ambil, yakni; seni memafkan dari rajawali kecil pada induknya  yang terus menjatuhkannya berulang-ulang.

Kita semua seyogyanya harus belajar dari burung rajawali tersebut. Ia tak marah meski sang induk selalu mendorongnya kebawah, ia segera memaafkannya.

Sudah jelas bagi kita, bahwa kedua orang diatas yang ditemui oleh Dr. Norman, memiliki kekuatan batin yang luar biasa yang sanggup melawan tantangan cacat tubuh mereka. Dan mereka juga memiliki keterampilan dalam memaafkan masa lalunya yang kelam seperti layaknya anak rajawali yang tidak mempedulikan masa lalunya saat belajar terbang bersama sang induk.

Sehingga jika kita memiliki iman dalam hati. Serta mampu memaafkan apapun kondisi kita dimasa lalu, dan berupaya meraih apapun yang kita impikan dimasa sekarang. Kita dapat mengubah kata tidak mungkin menjadi mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun