Mohon tunggu...
Sujanarko 10
Sujanarko 10 Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya adalah sekumpulan tulang yang ingin belajar tentang arti kehidupan melalui tulisan. Ya, tulisan yang semoga memberi maanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dengarkan Ini, Sayang :)

19 Desember 2014   23:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear,

Ini tentang kesabaran dan kesetiaan yang engkau ucapkan kemarin malam.
Tahukah kau bahwa; kesabaran dan kesetiaan itu memiliki perbedaan yang teramat tipis. Sehingga mungkin, engkau akan kesulitan untuk melihat perbedaan keduanya.

Sore ini, aku baru saja menghabiskan sedikit waktuku untuk menikmati keindahan kota Cepu. Sebuah Kota yang menjadi kebanggaanmu juga kebanggaanku. Tak banyak yang berubah mengenai kota ini, semua masih tetap seperti yang dulu. Keramaiannya, tata letak kotanya, keindahannya, tak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Kecuali ada beberapa taman yang dibangun untuk memperindah kecantikan kota yang terkenal dengan sebutan ‘kota minyak’ ini.

Ditengah hiruk pikuk kota, terselip duka nestapa. Puluhan anak muda yang menyebut diri mereka sebagai ‘anak punk’ berjajar diantara emperan toko. Mereka menunggu uluran tangan dari dermawan yang menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala. Mereka bersorak ketika melihat tangan yang mereka ulurkan ada sekeping uang. Dan tampak dingin ketika sang dermawan itu mengacuhkan tangan yang mereka ulurkan.

Lalu pertanyaannya, “Apakah yang membuat mereka bertahan hidup di sepanjang jalan itu? Apakah karena kesabaran yang mereka miliki atau justru kesetiaan terhadap kawan-kawan seperjuangan mereka?”

Entahlah! Padahal, dengan usianya yang masih muda, mereka bisa berbuat lebih dari itu. Sebenarnya, bukan hanya sekeping uang yang bisa mereka kantongi. Bahkan sekeping emas pun mampu mereka dapatkan andai mereka mau bekerja mengandalkan kreativitas dan tenaga yang dianugrahkan Tuhan.
Diantara pembicaraanmu tadi malam, engkau terlihat kebingunan. Bingung karena seorang yang kau cinta seolah menggantungkan hubungan kalian. Siapapun orang itu, aku ingin berpesan kepadamu satu hal.
Dengarkan ini, sayang :)
Sama seperti mereka yang bertahan dikehidupan jalanan yang keras. Sebenarnya mereka tak tahu bagaimana harus bersikap; apakah tetap bersabar atau justru meninggalkan semuanya dan memulai kehidupan yang baru.
Pun begitu dengan kamu. Aku yakin engkau juga tak tahu harus bagaimana. Menjaga kesetiaan pada dia yang kau cinta, sementara dia belum juga memberi kepastian. Atau justru bersabar menanti kepastian darinya.
Diantara kedua pilihan itu, aku berharap engkau memilih untuk bersabar.
Kesabaran itu tak ubahnya seperti saat engkau bertahan dikegelapan. Diantara kegelapan itu terdapat bias sinar yang dihadirkan rembulan dan bintang gemintang. Sehingga, meskipun engkau berada dikegelapan, engkau tetap bisa berjalan sesuka hatimu bersama bintang gemintang yang dengan senang hati menunjukkan arah kemana yang menjadi tujuanmu.

Sementara kesetiaan, seperti saat engkau mulai lelah mengayuh sepeda, kemudian melihat mobil mewah terparkir dipelataran rumahmu, sebagai kado ulang tahunmu dari kedua orang tuamu. Sudah pasti engkau akan memilih untuk duduk di mobil mewah itu bukan? Dibanding harus mengayuh sepeda bututmu. Engkau pasti akan senang menikmati alunan musik yang terdengar melalui dashbord mobilmu dari pada harus menikmati debu jalanan saat engkau masih mengayuh sepeda.
Ya, kesetiaan itu memang akan pudar seiring dengan adanya seseorang yang kau anggap lebih baik dari seorang yang kini mengisi hatimu. Hampir semua manusia memiliki sifat alami untuk membandingkan mana yang lebih baik, mana yang lebih indah, mana yang lebih pantas. Dan itu wajar adanya, sayang :)
Maka, cobalah untuk sedikit bersabar menanti dia. Aku tahu, bersabar adalah sebuah hal yang menyakitkan. Tapi setidaknya, kesabaranmu akan membuat dewi cinta turun dari singgasana lalu memberikan busur beserta anak panahnya kepada seorang yang kau cinta. Dan dia diberi kebebasan untuk memilih ke arah mana dia akan melepaskan anak panah itu.
Yakinlah, dia akan melihat keatas untuk meminta petunjuk pada bintang gemintang. Dan saat bintang gemintang memberitahu dimana keberadaanmu, dia akan melepaskan anak panah itu tepat dihatimu :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun