Oleh: Akhmad Sujadi
Sejak diberlakukan tiket elektronik KRL sebagai pengganti tiket kertas, penumpang patuh dengan aturan PT. KAI. Sistem tiketing telah menjadi alat untuk menertibkan penumpang KRL.
Kamis (18/9) bersama penulis naik seorang pengamen tuna netra dari Stasiun Palmerah. Dengan tongkat penunjuk jalan pengamen itu menuju loket untuk membeli tiket harian berjaminan atau tiket sekali jalan.
Satpam yang tugas di depan loket langsung respon, menjemput dan mengantar ke loket membantu pengamen membeli tiket. Ketika memasuki gate pintu masuk, Satpam masih membimbing sopan kepada konsumen, meskipun pengamen, karena membeli tiket petugas memperlakukanya seperti raja.
[caption id="attachment_359931" align="aligncenter" width="640" caption="petugas dengan sabar menuntun penumpang tuna netra menuju gate elektronik (foto:dok. pribadi)"][/caption]
Giliran pengamen itu harus menyebarangi rel KA yang menukik tajam karena akses penumpang masih belum selesai dibangun. Dengan tongkat dan panduan Satpam yang melayani dengan tulus pengamen itu bisa menyeberangi rel menuju peron Tanahabang.
[caption id="attachment_359935" align="aligncenter" width="300" caption="petugas menuntun penumpang tuna netra menyeberangi rel ka di stasiun Palmerah (foto:dok.Pribadi)"]
Yang menarik pengamen itu dengan senang hati dan gembira memilki tiket. Inilah dampak revolusi mental pelayanan KAI yang diiringi dengan pembangunannya sistem yang dapat memproteksi kebijakan tiketing. Sehingga siapa pun patuh. Termasuk pengamen. +++
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H