[caption id="attachment_368294" align="aligncenter" width="300" caption="Lets Go To Raja Ampat ( foto: Sujadi)"][/caption]
Oleh; Akhmad Sujadi
Pidato perdana Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasca pelantikan presiden di depan sidang paripurna DPR Senin (20/10) pemerintahannya berjanji akan mengembalikan kejayaan Indonesia di laut. Presiden mengajak semua kalangan untuk bekerja keras mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Sejumlah kalangan berharap agar cita-cita itu segera direalisasikan dalam masa pemerintahannya.
"Kita juga harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, samudera, selat dan teluk," kata Presiden yang kita simak melalui layar kaca.
Jokowi melanjutkan, kini saatnya Indonesia mengembalikan semuanya sehingga di laut kita jaya "Jalesveva Jayamahe" sebagai semboyan nenek moyang kita agar kembali membahana. Keberhasilan pembangunan memerlukan kekuatan kolektif. Masyarakat semua lapisan mulai dari nelayan, pedagang bakso, pedagang asongan, hingga masyarakat kalangan atas harus bahu membahu dan bergotong royong membangun Indonesia.
Spirit kebersamaan untuk membangun Indonesia adalah bekerja, bekerja dan bekerja. Dengan demikian Indonesia akan menjadi bangsa bermartabat dengan menjadi negara maritim yang kuat.Indonesia terlalu lama memunggungi laut, samudra dan teluk. Saatnya di laut kita jaya. Demikian inti pidato singkat Jokowi di depan anggota MPR dan para tamu yang disaksikan jutaan pasang mata melalui layar televisi.
Cita-cita Presiden Jokowi menjadikan negeri ini menjadi negara maritim perlu disosialisasikan melalui anak didik kita mulai tingkat SD, SMP, SMA dengan pendalaman materi kurikulum kelautan. Sekolah umum harus mendapat materi khusus pelajaran maritim. Potensi wisata, ekonomi, kependudukan, teluk, pelabuhan dan transportasi laut harus menjadi perhatian Kementerian Pendidikan, Keementerian Kelautan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta kementerian lain yang bersinggungan dengan program Presiden Jokowi, khususnya dalam pengembangan maritim.
Untuk melengkapi pengalaman siswa, khususnya pelajar tingkat SMA peserta didik harus diberikan pengalaman berlayar. Mereka diajak mengunjungi pulau-pulau khususnya di luar Jawa. Banyak potensi pulau-pulau di nusantara baru sebatas dilihat didaalam peta, dalam buku Atlas. Karena negara bahari yang terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil, maka sudah saatnya pemerintah menyiapkan generasi muda untuk mengenal laut, transportasi laut, pelabuhan dan indahnya pulau-pulau di nusantara yang menurut presiden merupakan masa depan Indonesia.
Sungguh sangat bertolak belakang dengan pidato Presiden Jokowi, ketika mengunjungi obyek wisata Pulau Komodo dangan  Kapal Tilongkabila PT.Pelni yang bersandar di Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, para turis yang datang untuk menikmati indahnya bawah laut, lucunya hewan Komodo yang langka dan indahnya pantai di nusantara, mereka dari luar Indonesia, atau turis asing. Turis dalam negeri dapat dihitung dengan jari, hanya sekitar 2 % dari 100.000 an turis yang datang ke Pulau Komodo.
PT. Pelni sebagai BUMN transportasi laut, khususnya angkutan penumpang sedang mengenali obyek-obyek wisata bahari di nusantara. Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Labuan Bajo sebagai pintu gerbang laut ke Pulau Komodo, Rajaampat dan Pulau Belitung sudah dijajagi sejauh mana Pelni dapat berkontribusi mempromosikan, menyediakan angkutan yang murah dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dalam wisata bahari domestik.
Langkah nyata yang telah dilakukan PT. Pelni dibawah kepemimpinan Dirut Sulistyo Wimbo Hardjito diantaranya mempromosikan obyek wisata bahari. Pelni telah bertemu sejumlah Bupati/Wali Kota dan Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi, Baubau, Manggarai Barat, Rajaampat dan Belitung. Pertemuan ini telah mendorong Pelni memasang logo obyek wisata Bahari. Kapal Kelimutu telah dicat sablon dengan gambar dan tulisan "Lets Go Wakatobi" dan Kapal Nggapulu ditulisi "Lets Go Raja Ampat".