Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menata Kawasan Pinggir Rel, Menata Jakarta Baru

7 Oktober 2014   21:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Akhmad Sujadi
Permasalahan pemukiman di pinggir rel sudah lama dan belum tertangani secara tuntas. Kawasan pinggir rel Ibu Kota menjadi kawasan kumuh karena dipergunakan warga kurang mampu sebagai tempat tinggal, bisnis kontrakan, lapak pemulung dan juga ada pula tempat hiburan malam yang juga menjadi tempat esek-esek pada malam hari.
Kawasan Bongkaran Tanahabang, Jakarta Pusat, Kota Intan Penjaringan, Pela-Pela di Tanjungpriuk, Jakarta Utara dan Gunung Antang di Jatinegara, Jakarta Timur terkenal sebagai sarana penjaja hiburan malam dan penjaja sex komersial mangkal. Kawasan ini dapat bertahan bertahun-tahun karena banyak pihak berkepentingan bisnis di lokasi pinggir rel ini.
Pada siang hari lokasi ini nampak sepi. Namun ketika malam tiba kaum urban di pinggir rel mulai membuka warung minuman beralkohol, memasang tenda malam untuk musik dangdut dengan suara keras. Kompleks prostitusi kalangan bawah ini lebih memilih rel KA dan bantaran sungai untuk tempat tinggal sekaligus mencari penghasilan dengan menjajakan diri para wanita penghibur yang sudah kadung terjerumus ke dunia gelap, menurut pandangan umum.
Bertahun-tahun kawasan hiburan malam itu ditertibkan oleh Pemrov DKI Jakarta dan PT. KAI, namun mereka balik lagi. PT. KAI sebagai operator perkeretaapian sangat terganggu dengan keberadaan kawasan kumuh di pinggir rel yang dipergunakan untuk sarana hiburan dengan musik keras di malam hari. Suara bising musik pinggir rel menggu masinis yang melintasi lokasi hiburan malam di pinggir rel.
Kondisi pinggir rel yang kumuh dengan bangunan liar para kaum miskin kota harus mendapat perhatian pemerintah pusat, Pemprov DKI dan PT. KAI. Kita patut bersyukur sejak 1 Oktober 2014 Kementerian Perhubungan sebagai pemilik prasarana perkeretaapian, PT. KAI sebagai operator dan Pemprov DKI Jakarta sebagai pengelola Ibu Kota negara telah sepakat menata kawasan kumuh di bawah jalan layang KA antara Jakartakota-Manggarai dan seluruh kawasan pinggir rel di DKI Jakarta.
Pada awal bulan kesepuluh itu, Dirjen Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko, Gubernur DKI Jakarta yang diwakili Sekda Saefulloh dan Dirut PT. KAI Ignasius Jonan menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) penertiban dan penataan kawasan kumuh di bawah jalan layang KA antara Manggarai-Jakartakota untuk dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Kita berharap di bawah jalan layang KA yang saat ini belum tertata baik akan segera ditertibkan, dibersihkan dan dibuat taman yang indah.
Jalan layang KA antara Manggarai-Jakartakota sepanjang 9,2 km membentang di tengah kota memiliki potensi untuk menjadi Taman Tematik seperti di Bandung. Dengan dibuat Taman Tematik di beberapa ruas, warga Jakarta dapat menikmati indahnya taman kota di malam hari bil. Pada siang hari Taman Tematik dilengkapi lampu hias warna warni. Pada siang hari Taman Tematik juga dapat dinikmati warga untuk rekreasi, melepas penat dan berinteraksi dengan sesama warga.
Dari depalan petak jalan antar stasiun, telah dipilih tiga lokasi percontohan untuk dibuat taman, jogging track dan jalan sejajar rel KA di bawah jalan layang antara Stasiun Jakartakota-Jayakarta-Manggabesar dan Manggabesar-Sawahbesar. Ketiga lokasi ini telah ditertibkan, dibersihkan oleh PT. KAI dan Pemprov DKI Jakarta serta pemagaran ornamen oleh Ditjen Perkeretaapian.
Dalam waktu dekat Pemprov DKI Jakarta akan segera membuat taman di bawah jalan layang KA antara Manggarai-Jakartakota. Penataan kawasan pinggir rel tidak dapat dilakukan sendiri oleh PT. KAI maupun Ditjen Perkeretaapian dan Pemprov DKI Jakarta. Menyadari hal tersebut, mereka bertiga sepakat mewujudkan kawasan pinggir rel yang tertib, aman dan indah menuju Jakarta Baru.
Slogan Jakarta Baru sudah seharusnya menjadi spirit para pihak yang tinggal, mencari nafkah dan mencari penghidupan di Jakarta. Melihat Jakarta tidak hanya dari Sudirman, Thamrin, Monas yang telah tertata baik dengan aneka macam taman yang indah dan penerangan jalan yang bercahaya terang di malam hari.
Jakarta harus dilihat secara utuh. Kawasan pinggir rel juga harus dilihat (dilihat dengan cermat apa masalahnya, apa potensinya dan apa solusinya). Kawasan kumuh di bawah jalan layang KA selain kumuh, setelah dilihat secara cermat juga menyimpan potensi. Kawasan ini bila ditertibkan berpotensi menambah RTH bagi DKI. Dapat dibuat jalan kolektor, jalan inspeksi dan jalan evakuasi transportasi KA.
Selain itu kawasan di pinggir rel yang saat ini lahan perkeretaapian dihuni warga juga berpotensi untuk membangun jalan sejajar rel untuk menghubungkan beberapa jalan yang ada di DKI Jakarta yang bersinggungan rel. Bila potensi ini dikembangkan oleh Pemprov DKI, maka akan dapat menambah panjang jalan di DKI Jakarta.
Penataan kawasan kumuh di bawah jalan layang KA antara Jakartakota-Manggarai menjadi taman, jalan kolektor dan sarana olah raga merupakan spirit Kementerian Perhubungan, PT. KAI dan DKI Jakarta dalam mewujudkan Jakarta Baru. Jakarta yang tertib, Jakarta yang aman dan Jakarta yang nyaman bagi seluruh warga ibu Kota Jakarta. Semoga. ###

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun