[caption caption="kapal pelni (foto : http://www.tobasatu.com)"][/caption]
Transportasi laut memegang peran sangat penting di negara kepulauan. Indonesia merupakan negara dengan berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Untuk menghubungkan Nusantara , distribusi orang dan barang transportasi laut menjadi basis utama. Ribuan kapal laut hilir mudik melayani negeri. BBM termasuk kebutuhan utama kapal laut.
Transportasi laut menyedot biaya bahan bakar minyak (BBM) cukup tinggi. Seiring kemajuan terknologi dan menurunya produksinya minyak bumi di Indonesia, penggunaan BBM harus dikurangi secara drastis. Keberhasilan konversi minyak tanah ke Gas untuk rumah tangga harus dilanjutkan konversi untuk transportasi laut. Pada transportasi darat penggunaan BBG sudah dirintis pada bus Transjakarta Busway, Bajaj dan sangat minim untuk mobil pribadi.
Untuk memperluasan penggunaan Gas bumi pada transportasi, perusahaan gas merintis pada transportasi laut. PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) PT. Pelni, PT. ASDP dan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pemanfaatan Gas alam cair, LNG (Liquefied Natural Gas) untuk konversi pengganti BBM solar ke gas, Kamis (3/9) di Kementerian BUMN Jakarta.
Penandatanganan Kepekatan kerjasama Pelni dan PGN disaksikan langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Dalam kesempatan itu, Rini Soemarno mengaku senang dengan sinergi BUMN untuk saling memanfaatkan produk yang dihasilkan BUMN. Konversi BBM ke BBG akan membuat efieisni biaya dan meningkatkan daya saing BUMN. “Konversi ini diharapkan mampu menekan impor BBM dan dapat menghemat devisa,” kata Rini Soemarno.
PT. Pelni sebagai operator transportasi laut membutuhkan biaya operasi untuk BBM sekitar 58 % dari pendapatan perusahaan. dengan konversi ke gas akan dihemat biaya sekitar 24 %. Ini tentu sangat besar. Karena itu saya mengharapkan MoU ini segera ditindaklanjuti dan diusahakan awal 2016 sudah berjalan. “Awal tahun 2016 saya harap program ini sudah berjalan,” harap Rini Soemarno.
Direktur Utama PT. Pelni Elfien Goentoro mengatakan kerjasama dengan PGN memungkinkan Pelni ada pilihan penggunaan bahan bakar untuk kapal Pelni. Kami perlu kajian dalam waktu tiga bulan. Kami bersama PGN akan melakukan sinegri dengan membentuk tim bersama untuk dapat merealisasikan konversi ini. “Pelni mengkonsumsi BBM sekitar 33,4 juta liter per bulan. Bila 40 % dapat dikoversi, ada penghematan sekitar 20 % biaya operasi,” kata Dirut Pelni Elfien Goentoro.
Elfein menambahkan, Pelni akan mencoba satu kapal dulu sebagai langkah awal. “Kami sudah menyiapkan Kapal Ciremai untuk dilakukan konversi dari BBM ke BBG. Kami bersama PGN dan perguruan tinggi untuk mengkaji. Bila hasilnya baik, rekomendasi tim akan kami gunakan untuk tindaklanjut penerapan konversi ini BBM ke BBG,” tambah Elfien Goentoro.
Sementara Dirut PGN Hendi Prio Santoso menyatakan sebagai pengembang infrastruktur gas bumi, PGN terus melakukan terobosan untuk mendukung program konversi BBM ke BBG. “Kerjasama dengan Pelni dan ASDP merupakan sinergi positif antar BUMN untuk mewujudkan program konversi BBM ke BBG. PGN berharap langkah strategis ini dapat mendorong pemanfaatan gas bumi untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional, khususnya sektor kemaritiman,” kata Hendi.
Dengan adanya konversi dari BBM ke BBG nantinya Pelni dan ASDP sebagai operator transportasi laut dapat menghemat pemakaian bahan bakar sekitar 40 % dibanding menggunakan BBM. “PGN sangat gembira dapat terus memperluas pemanfaatan gas bumi, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor BBM,” tambah Hendi.
Untuk memudahkan pengisian Gas Bumi, PGN akan membangun bunker di beberapa pelabuhan untuk tempat pengisian BBG ke kapal Pelni. “Penggunaan gas bumi oleh Pelni merupakan bagian penting dalam upaya memperkuat ketahanan energi nasional,” tegasnya.
Biaya BBM pada transportasi laut menyedot biaya operasional tertinggi. Apalagi biaya BBM untuk kapal barang swasta, kapal barang Pelni menggunakan BBM non subsidi. Ini menjadi kendala para pengusaha kapal laut untuk menurunkan biaya tranportasi kapal laut untuk menurunkan biaya logistik nasional.
Pemerintah telah mencanangkan poros maritim. Karena itu kebijkan pro industri maritim untuk mendorong sektor ekonomi dari maritim harus terus digenjot agar segera terelasisasi dan efisien. Karena itu upaya percepatan penggunaan BBG pada transportasi laut harus didorong dan dipercepat seperti konversi minyak tanah ke Gas rumah tangga. Dengan demikian secara nasional akan dapat menghemat devisa dan mengurangi ketergantungan impor BBM. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H