[caption id="attachment_362019" align="aligncenter" width="465" caption="Bonek naik di atap kA (foto:Republika.co.id)"][/caption]
Oleh; Akhmad Sujadi
Sejak dipimpin Ignasius Jonan sebagai Dirut KAI pada 2009 lalu, PT. KAI lebih banyak menangnya dibanding kalah. Kemenangan KAI tentu saja menyangkut hal posiitif, memerangi berbagai ketidaktertiban yang terjadi beberapa tahun lalu.
Kemenangan KAI yang kasat mata, KAI menang lawan mafia penumpang KA antar kota dan KRL Jabodetbek dengan berbagai cara dan menjaga kinerjanya dengan sistem tiketing on line, tiket atas nama, sistem bording dan sanksi tegas kepada penumpang dan petugas KAI.
Dalam perjuangannya melawan pedagang asongan yang sangat mengganggu pelayanan kepada konsumen, menciptakan ketertiban, keamanan, kebersihan dan kenyamanan di dalam kereta, KAI juga menang. Kemenangan itu tidak diperoleh dengan mudah, namun melalui perjuangan panjang dan melelahkan.
Untuk menjaga kemenangan dalam rangka mewujudkan pelayanan yang tertib, aman dan nyaman, KAI menerapkan sterilisasi stasiun, sterilisasi Kereta api dan sanksi tegas kepada kondektur dan kru KA lainya dengan tidak mendinaskan kru KA yang bersangkutan, bahkan bisa dimutasi yang melelahkan.
Kemenangan yang lain dari KAI ketika harus menertibkan kios-kios di stasiun, di halaman parkir dan kawasan pinggir rel yang sudah bertahun-tahun belum terselesaikan, dengan kenekadan Direksi Bonek (bondo nekad) terencana, terprogram dengan ketegasan ke internal dan eksternal, KAI berhasil menertibkan sekitar 15.000 kios dan bangunan lainnya di Jabotabek, seluruh Daop di Jawa dan Divisi Regional di Sumatera.
Dengan kemenangan itu kini penumpang dapat merasakan ketertiban, keamanan dan kenyamanan ketika naik KA. Stasiunnya bersih, informatif dan karyawanya lebih peduli dibanding sebelumnya. Ini tentu berkat arahan pimpinan yang bonek dengan mengancam "siapa tidak berkinerja baik, dimutasi, turun jabatan" ternyata mereka ketakutan dimutasi dan berkinerja baik.
Masih banyak kemenangan KAI, diantaranya perang dengan penumpang di atap Kereta, khususnya KRL Jabodetabek. Bertahun-tahun masalah tak terselesaikan, berkat strategi jitu dan bonek karena harus berjibaku dengan kekerasan para atapers, akhirnya pada 25 Juli 2013 penumpang di atas KRL tuntas dengan penggantian seluruh armada ekonomi dengan armada ber-AC.
Satu lagi yang sayang bila dilewatkan tidak dibahas, Kemenangan KAI melawan suporter sepak bola yang nekad naik KA tanpa tiket, naik KA seenaknya dan sering pula mengganggu keamanan, ketertiban pelayanan. Mereka ini suporter sepak bola bondo nekad (Bonek).
Suporter sepak bola bonek yang paling terkenal suporter Surabaya, ketika Persebaya Surabaya masih berkompetisi dalam format perserikatan, Ketika berangkat ke beberapa tempat pertandingan Persebaya, sepanjang ada jalur KA, maka kereta api menjadi pilihan utama.