Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Pemulung

11 Agustus 2014   13:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:51 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14077143141713317289

Oleh : Akhmad Sujadi

[caption id="attachment_352266" align="aligncenter" width="300" caption="pembongkaran bangunan liar di Tanahabang (foto:Yos Asmat)"][/caption]

Anda seorang milioner atautriluner? Beramal besarlah denganmengajak jalan-jalan para pemulung dan keluarganya bergembira. Ajak mereka megunjungi obyek-obyek wisata. Jangan tanggung, seminggu mereka dimanjakan, bahagiakan mereka. Tidakusah jauh, cukup di Jakarta, ajak ke Ancol, Tamanmini, Ragunan, Kota Tua dan Monas. Bila ada yang mau berkorban untuk acara ini, dijamin mendapat pahala dunia berupa pujian dan pahala akherat kelak.

Saat ini adalah moment tepat untuk menyenangkan mereka para pemulung karena tidak lama lagi negara kita akan memperingati kemerdekaan ke-69. Mumpung belum peringatan ke-70 tahun, mari kita berbaik sangka, berbaik hati dan perhatian kepada para pemulung yang juga saudara kita. Menjelang hari merdeka para pemulung perlu mendapat perhatian dari kita. Pemerintah, konglomerat, pengusaha dan siapapun kita, terutama para pimpinan perusahaan yang menghasilkan sampah botol, botol plastik, kardus dan sejenisnya yang dipungut pemulung dan dapat didaur ulang.

Kenapa para pemulung diajak jalan-jalan seminggu? Ntar yang mungutin sampah di seluruh Jakarta siapa? Lalu bagaimana nasib bos pemulung, pabrik daur ulang dan juga nasib bumi ini bila ditinggal jalan-jalan pemulung? Adakah pengaruh pemulung dalam kehidupan kota Jakarta ini?Mungkinkahtanpa pemulung kotanya akan bersih atau makin banyak sampah menumpuk di tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

Meskipun peran dan pentingnya keberadaan pemulung di Ibu Kota, mereka tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Buktinya keberadaan mereka tidak pernah berubah. Lihatlah tempattinggal dan tempat mereka bekerja mencari nafkah. Mereka harus berjuang di pinggir rel terkena debu ketika kereta lewat. Bantaran sungai dan tempat-tempat kosong dengan dihantui rasa was-was digusur Satpol PP atau pemilik lahan.

Minggu-minggu ini kita melihat di televisi upaya pembongkaran besar-besaran di jalan inspeksi banjir kanal barat dan sekaligus di bantaran rel Tanahabang Bongkaran. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) – PT. KAI tidak salah membersihkan lahan ruang manfaatkan jalan kereta api (Rumaja) yang merupakan daerah tertutup untuk umum. Rumaja inidihuni mayoritas pemulung dan sudah sangat membahayakan operasional KA.

PT. KAI bukan lembaga sosial yang harus belas kasihan nasib mereka. Penertiban dan pembongkaran yang dilakukan PT. KAI sudah benar. Keselamatan operasi KA dan keselamatan warga di sekitar rel menjadi pertimbangan utama penertiban. Hunian di Tanahabang bongkaran sudah lebih dari 15 tahun. PT. KAI juga telah memulai pembongkaran sejak 2007 yang lalu. Namun apa daya, mereka balik lagi ke lokasi semula.

Kenapa balik? Mereka sangat membutuhkan tempat tinggal namun tidak ada yang peduli. Padahal di negeri ini ada Kementerian Perumahan, ada Kementerian Sosial. Kementerian kordinator kesejahteraan. Boro-boro sejahtera. Untuk makan dan tempat tinggal saja susah apalagi layak. Kaum marginal ini dipandang sebelah mata dan tidak ditangani serius.

Tak hanya serba kurang, para pahlawan lingkungan sejati ini juga dihimpit ekonomi. bahkan ada yang terjerat rentenir bank titil atau bank kloyong yang sering mendatangi nasabah di segala penjuru kawasan kumuh. “Hari ini nicil, catat tuh. Besok ga tahu mau digusur,” kata seorang pemulung wanita berusia senja di kawasan pinggir rel yang penulis temukan ketika menyusuri rel KA antara Tanahabang-Manggarai, Jumat (8/8).

Saat ini ribuan orang di pinggir rel dan pinggir kali banjir kanal barat perlu pertolongan. Mereka dan keluarganya saat ini tidak punya tempat tinggal. Sebagian dari mereka mendirikan bangunan di atas sedimen kali di balik tanggul beton yang demikian kokoh. Mereka bingung mau lari ke mana, paling jauh yabergeser di balik beton, sambil mencari celah petugas lelah, lengah mereka akan balik Itulah solusi pemukim pinggir rel.

Karena kondisi itu maka perlu dicarikan solusinya agar penataan kawasan kumuh di pinggir rel dan pinggir kali bisa tuntas. Untuk mentuntaskanya perlu solusi permanen. Masalah hunian di pinggir relharus dicarikan jalan kekeluar terbaik.Saat ini mereka perlu tenda darurat dan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena mereka tidak dapat memulung yang otomatis kesulitan makanan.

Tenda, dapur, pos kesehatan dan toilet umum sementara sangat diperlukan agar dalam masa transisi mencari rumah, kontrakan dan mungkin rumah susun khusus pemulung disiapkan negara sesuai Undang Undang Dasar 1945. Pendirian tenda dan dapur umum sementara dapat mengambil space kosong di lokasi pembongkaran sambil penataan kawasan. Meskipun penertiban terus dilakukan, namun harus ada sisi kemunusiaan yang kita ciptakan.

Larangan membangun kembali kawasan di pinggir rel KA sudah harga mati. Mereka tidak boleh balik lagi ke lokasi bongkaran. Permasalahan sekarang ada pada Kementerian dan Dinas Sosial, Kementerian Perumahan dan Dinas Perumahan, sesuai fungsinya Kementerian dan Dinas terkait melakukan penangan masalah sosial dan implikasinya.

Solusi permanen ke depanharus melibatkan para produsen air dalam kemasan dan sejenisnya. panggil dankumpulkan para Direksi perusahaan minuman kemasan semua merk dan perusahaan yang sampahnya dipungut pemulung untuk didaur ulang. Mereka agar peduli denganmembantu percepatan pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) khusus pemulungn dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Bila semua produsen minuman kemasan dan sejenisnya dananya digabung tentu akan menghasilkan dana besar dan cukup untuk membangun Rusunawa khusus pemulung. Secara bertahap Rusunawa ini diperluas dan pendistribusianya pada kantong-kantong pemulung. Kalau apartemen dilengkapi lahan parkir mobil, Rusunawa pemulung cukup dibuatkan lapak petak untuk memilah barang bekas dan parkir gerobak.

Gagasan ini sangat mungkin tewujud bila Kementerian terkait dapat mengkordir dana CSR beberapa perusahaan minuman yang berkontribusi sampah palstik dan kardus. Untuk lahan, bila dana yang terkumpul besar dapat dicarikan. Insya Allah niat baik akan ditolong Tuhan. Bila ini terwujud para pemulung yang sejak merdeka belum tersentuh pelayanan pemerintah dapat merdeka dari keburukan nasib, merdeka dari rasa was-was dan merdeka secara lahir batin. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita siapa lagi? ###

Akhmad Sujadi penggiat penataan kawasan kumuh pinggir rel. Aktif berkecimpung dengan warga pinggir rel di Jabotabek.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun