Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Antara Jokowi dan Prabowo Siapa Pilihan Tuhan?

30 Maret 2019   19:30 Diperbarui: 30 Maret 2019   19:42 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menentukan sesuatu maka jadilah. Pilihan Tuhan tidak dapat ditolak siapa pun itu, termasuk dalam memilih calon Presiden Republik Indonesia yang masih dalam proses pemilihan melalui Pemilu yang demokratis ini campur tangan Tuhan pasti ada. sebagai makhluk Tuhan dan penganut agama kita harus percaya.

Gelaran Pemilu  presiden dan Pemilu legistalitf tinggal  menunggu hari menuju tanggal 17 April 2019 saat hari pencoblosan.  Gelaran pemilihan calon pemimpin bangsa dan para wakil rakyat di  legislatif yang dilakukan serentak merupakan pertama kali di dunia. Pemilu  presiden dan legislatif  merupakan peristiwa sangat penting bagi Indonesia sebagai negara demokrasi.

Demokrasi menjadi arena syah meraih kekuasaan di legislatif dan pemerintahan. Parpol sebagai mesin pengkaderan pemimpin bangsa tak berjalan mulus dalam menjalankan fungsi pengkaderan, sehingga beberapa partai belum menemukan sosok pemimpin muda berintegritas untuk dipercaya memimpin bangsa berpenduduk lebih dari 256 juta jiwa ini.

Indonesia adalah negara besar penduduknya, luas wilayhnya dan pengaruhnya di dunia internasional juga cukup kuat. Sesungguhnya Indonesia tidak hidup sendiri di dunia fana ini. Negeri ini bertetangga dengan bangsa lain, setidaknya ada negara tetangga yang dekat secara geografis dan langsung  berbatasan. Sebagai tetangga dekat  dengan negara tetangga dan berkembangnya  teknologi maju saat ini, keberisikan politik di negeri ini didengar dan dilihat tetangga. Namun para politisi seolah  tak  merasa malu untuk saling sindir, saling menjelekkan dan saling kritik pedas dengan sesama warga bangsa. Sebagai bangsa besar seharusnya hal tersebut dapat dicegah.

Keberisikan politik menjelang Pemilu, meskipun dimaklumi,  dari segi sopan santun dan etika politik bangsa yang terkenal memiliki tata nilai pergaulan, hal tersebut akan membuat negeri ini makin tercoreng dengan hiruk pikuk di dunia politik, terutama dijagat maya. Dunia maya yang seharusnya diisi dengan penuh kedamaian menjadi penuh kebencian dan perpecahan. Bersyukur meskipun kita ramai di dunia maya, bangsa ini masih dilindungi Allah Tuhan Yang Maha, sehingga keutuhan bangsa dan negara masih terus terjaga.

Pada proses penjaringan calon presiden dan wakil presiden bangsa ini seolah kekurangan kader. Dari puluhan partai politik tidak menghasilkan kader bermutu siap pakai. Hal ini terlihat ketika penjaringan Capres. Para kader memilih menjadi cawapres. Sebut saja Muahaimin Iskandar dari PKB dan Erlangga Hartarto dari Golkar, sudah memproklamirkan diri untuk mendampingai Joko Widodo. Namun koalisi PDIP memilih Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya.

Sementara Partai Gerindra yang baru lahir pasca reformasi menjadi partai paling siap menghadapi Pemilu legislatif maupun pemilu presiden selain PDIP. Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto kembali mengusung ketuanya pada Pilpres 2019 nanti. Terlepas menang atau kalah kenegarawan Prabowo dan berani maju Pilpres dikala kekosongan kader bangsa, patut diapresiasi. Beliau adalah negarawan sejati.

Ketika tidak ada lagi kader bangsa yang berani maju, Prabowo tampil memperjuangkan rakyatnya melalui partai dan berani maju menjadi Capres untuk bersaing dengan Jokowi yang sudah pernah menjadi lawan di Pilpres 2014 silam. Majunya Prabowo yang didampingi Sandiaga  Uno menjadi fakta pengkaderan di Gerindra berjalan mulus, sangat jauh dengan partai lainnya yang tidak mencalonkan calon presidenya.

Meskipun didukung partai-partai kualisi yang setengah hati mendukung Prabowo-Sandi, Prabowo Subianto tetap semangat dengan program-programnya untuk berusaha merebut kekuasaan melalui cara yang sah, melalui Pemilu.  Prabowo yakin setelah dua kali gagal, untuk ketiga kalinya akan berhasil. Seperti semangatanya Kofifah Indar Parawansa yang berhasil duduk sebagai Gubernur Jawa Timur setelah maju tiga kali Pilkada.

Perjuangan Prabowo-Sandi kali ini sangat berat. Dengan bertarung dengan calaon presiden dari petahana yang merupakan calon  yang sama dengan Pilpres 2014, Jokowi  yang didukung kekuatan pemerintahan, para gubernur, para mantan jenderal yang begitu kuat, Prabowo-Sandi tidak gentar. Baginya hasil Pemilu bukan ditentukan manusia saja, namun juga pilihan Tuhan. Parbowo percaya itu.  

Manusia boleh berencana apa saja, namun sebagai makhluk Tuhan Prabowo percaya bahwa pemimpin juga amanah. Perkara siapa yang diberi amanah pada 2019 ini kita tunggu setelah hari pencoblosan.

Pilkada DKI pada 2017 lalu menjadi pelajaran bagi kita semua. Meskipun hampir mayoritas menjagokan Ahok-Jarot, justru  yang terpilih memimpin DKI Jakarta terpilih Anies-Sandi dengan kemenangan telak. Belajar dari Pilkada DKI Jakarta, pada Pilkada, khususnya Jawa di mana PDIP sebagai partai penguasa, PDIP  sudah memiliki kekuatan lebih solid dengan penguasan di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur yang gubernurnya mendukung PDIP.

Jabar  sebelumnya dipimpin gubernur dari PKS dan partai koalisinya Gerindra saat ini. Jawa Tengah dipimpin PDIP dan Jawa Timur dipimpin Partai Demokrat dan sekarang koalisi PKB, bukan lagi PDIP namun dalam Pilpres mendukung Jokowi.

Menelisik pada Pilkada 2018, koalisi di masing-masing Pilkada berubah komposisi partai pendukungny. Demikian juga dalam Pilpres 2019,  hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam politik, yang ada adalah kepentingan politik untuk berkuasa.

Pada Pilpres di 2019,  PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, PKB dan beberapa partai baru  mendukung kembali Pak Jokowi menjadi calon presiden (Capres) di 2019. Sementara Gerindra  mencalonkan jagonya yang juga ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Meskipun usia Prabowo terus bertambah, Partai Gerindra masih belum memiliki kader muda untuk disandingkan pada Pemilu 2019, sehingga Prabowo maju menjadi Capres.

Gerindra masih yakin jago tua yang akan diusung masih memiliki pengaruh dan mampu mengalahkan Jokowi. Sebagai ketua umum partai, Prabowo belum menemukan kader selain dirinya. Beruntung Gerindra punya Sandiaga Uno yang  lebih segar dan disukai pemilih. Pasangan Prabowo-Sandi merupakan perpaduan anatra gerasi muda dan generasi lebih tua pada   Pilpres 2019.

Tawar menawar siapa  Cawapres Jokowi pendamping Jokowi yang  riuh saat itu, akhirnya PDIP memilih  pendamping Kyai Ma'ruf Amin  sebagai pendamping  Jokowi dari non partai pengusung. Usia Kyai Ma'ruf Amin yang lebih tua dari Pak Jusuf Kalla sedikit meredupkan beberapa calon pemilih, namun partai koalisi terus meyakinkan bahwa pemilihan Kyai Ma'ruf sudah tepat sebagai jalan tengah agar partai pengusung yang kadernya tidak dipilih semua tetap solid.  

Partai Demokrat memiliki kader muda potensial yang juga putra mantan presiden,  ketua Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memutuskan pensiun dini dari militer dan terjun ke dunia politik. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sarat pengalaman masih menyimpan putra sulungnya untuk bertarung di Pilpres. SBY sangat perhitungan dan hati-hati dalam memilih kawan partai pengusung, SBY tidak ingin kadernya terluka babak belur bila kalah di Pilpres melawan Jokowi dan AHY akan sulit bangkit pada Pilpres berikutnya.

Partai  Gerindra sudah mengusung sang Ketum Prabowo Subianto  sebagai Capres, lalu berkoalisi dengan Demokrat, PAN, dan PKS. Kedua kandidat akan bertarung adu strategi dengan mesin partai pengusungnya.

Ketangguhan Jokowi di berbagai wilayah atas keberhasilnya melakukan percepatan pembangunan infrastruktur hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga ke  perbatasan dapat meningkatkan elektabilitas Presiden Jokowi. Untuk memberikan lawan seimbang, seluruh pemimpin partai yang berseberangan dengan partai pengusung Jokowi harus berpikir realistis, lawan yang dihadapi sangat berat.

Pilpres dan Pileg pada 17 April 2019 menjadi pesta demokrasi bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Mari kita ciptakan Pemilu yang aman dan damai dalam suasan gembira. Siapa pun pilihan Anda, itu pilihan terbaik bagi Anda. Siapa pun yang menang dalam Pilpres mari kita terima dengan lapang dada dan senang hati. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun