Berkelana ke perbatasan negeri merupakan kesempatan langka bagi seseorang. Sungguh sangat beruntung dapat pergi ke perbatasan negeri. Beberapa pulau terluar yang pernah disambangi penulis diantaranya;  Sabang Provinsi  Nangru Aceh Darusalam, Natuna, Tarempa  dan Anambas  Provinsi Kepulauan Riau , Siau, Tahuna, Lirung dan Keratung dekat Miangas di Provinsi Sulawesi Utara. Terakhir baru saja  ke Moa dan Kisar Provinsi Maluku. Tak hanya mendapat pengalaman dan ilmu serta menjalin jaringan dengan bupati dan wakil bupati di daerah perbatasan, namun  berkunjung ke perbatasan negeri  juga bisa  berbagi pengalaman lewat  tulisan di Kompasiana.
Saya mendapat tugas dari perusahaan,  PT. PELNI (Persero), BUMN tempat saya mengabdi dan mendapatkan nafkah untuk  mendampingi Komisi V DPR RI yang melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) di wilayah Provinsi Maluku, salah satu agendanya berkunjung  ke Pulau Kisar dan Pulau Moa  wilayah perbatasan di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).  Selain dapat silaturakhmi dengan sesama warga bangsa, pengalaman menjejakkan kaki di bumi perbatasan juga menjadikan saya tahu betapa senjang antara Jawa dan pulau-pulau terluar di negeri ini.
Penduduk di Jawa dengan mudah mendapatkan akses transportasi;  kereta api, busway, mobil pribadi negitu mudah. Pengisian  BBM murah dan mudah. Sinyal telepon, internet,  air bersih, kebutuhan papan dan sandang semua mudah dan murah tersedia di segala penjuru. Wajar kalau Pulau Jawa menjadi pulau terpadat penduduknya di negeri ini karena setiap manusia tentu menginginkan segala kemudahan dalam hidupnya dan di Pulau Jawa semua ada.
Pulau Jawa dengan kontur tanah yang subur, varian pegunungan, laut, lembah, sungai dan danau membuat Pulau Jawa dapat ditanami dan menghasilkan padi, jagung, sayur mayur, bahan bangunan semua mudah didapatkan di Pulau Jawa ini. Maka tak heran bila  pabrik-pabrik hampir semua terpusat di  Jawa, dan  wajar pula  bila Pulau Jawa dihuni hampir 60 % penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 254 juta jiwa.
Sangat berbeda dengan di Jawa, di Pulau Moa dan Pulau Kisar tanahnya lebih banyak dari  batu karang,  namun demikian  rerumputan tumbuh subur di atas batu-batu karang. Tidak mudah mencari  dan menemukan sumber air, tidak mudah pula bercocok tanam sehingga pulau ini  tidak mengahasilkan padi, jagung dan berbagai tanaman bumbu dapur.
Beras, minyak goreng, dan aneka kebutuhan dapur harus didatangkan dari luar pulau. Beruntung sekarang ada Tol Laut yang digagas Presiden Jokowi, dilaksanakan oleh Kemenhub dan ditugaskan kepada PT. PELNI (Persero) sebagai operator transportasi laut. Kapal Tol Laut  singgah di  Pulau Moa dan Kisar. Tol Laut  dari Surabaya ini memasok  kebutuhan bahan pokok dan barang penting  dengan harga tidak jauh berbeda dengan di Jawa, sebelumnya terjadi disparitas harga cukup tinggi di wilayah Kabupaten MBD ini.
Pulau Moa dan Pulau Kisar merupakan dua pulau terbesar dari 117 pulau di wilayah Kabupaten MBD.  Dari 117 pulau di wilayah Kabupaten  MBD hanya 17 pulau yang dihuni,  termasuk pulau Masela yang kaya gas alam, letak Blok Masela ada di Kecamatan Masela  yang masuk dalam wilayah Kabupaten MBD.
Kabupaten MBD merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara. Sejak berdiri pada tahun 2008, Kabupaten MBD terus berbenah. Ibu Kota Kabupaten MBD yang semula di Pulau Kisar dipindahkan ke Pulau Moa  di Tiakur. Ibu kota ini  sebelumnya berupa  hutan belantara dan semak belukar. Oleh Pak Bupati MBD Barnabas Orno pelan dan  bertahap  dapat disulap menjadi  ibu kota kabupaten yang memiliki masa depan cerah, apalagi kalau Blok Masela sudah beroperasi,  MBD akan berkembang lebih pesat.
Membangun kota baru perlu perencanaan dan daya upaya agar terwujud kota yang memberikan kemudahan bagi para warganya dan dapat terbangun  dengan baik. Pemerintah Kabupaten MBD telah memiliki tata ruang yang baik dalam menata ibu kota kabupaten di Tiakur. Dengan dana yang cekak, jalan-jalan yang dulu tanah bisa diaspal, namun baru sekitar 40 % dari jalan raya yang diaspal di seluruh Pulau Moa .
Terlepas dari pembangunan yang sedang digalakkan di Kabupaten MBD, Pulau Moa memiliki potensi untuk pengembangan ternak sapi, kerbau, kuda dan kambing. Pulau Moa dan Kisar memiliki  Savana atau padang rumput yang sangat luas. Bahkan ada perbukitan di tengah Pulau Moa  yang dinamai Bukit Kerbau karena di bukit ini banyak ternak kerbau yang diternakkan  secara lepas.
Pulau Moa dan Kisar boleh saja tidak menghasilkan tanaman pangan, namun bila potensi ternak sapi, kerbau, kuda dan kambing dikembangkan secara maksimal ,  Pulau Moa dan Kisar dapat menjadi lumbung ternak nasional  sehingga  dapat menjadi pemasok kebutuhan daging untuk di Jawa, khususnya DKI Jakarta yang masih memerlukan pasokan daging  impor, meskipun  sudah ada pasokan 1.000 ekor sapi per bulan dari NTT. Karena itu pengembangan ternak sapi dan kerbau di Pulau  Moa dan Kisar  harus dikembangkan sesegera mungkin .