Brand Warung Tegal (Warteg) telah melegenda. Ikatan emosional antara Warteg dengan para konsumenya menjadikan Warteg mampu bertahan di era krisis sekalipun. Warteg tak ubahnya Warung Padang yang telah dikemas sedemikian rupa dan menjadi brand yang tidak hanya dinikmati kalangan akar rumput. Warung Padang telah masuk Mall dan kawasan elit di beberapa tempat, khususnya di Jakarta.
Warung Padang, Warung Nasi Ampera yang telah dikemas dan dikelola secara profesional pada awalnya hampir sama dengan Warteg, namun kini mereka telah go Nsional dan memasuki pasar kelas atas. Warteg bila dikemas dengan baik, juga akan mampu bersaing di kancah nasional bahkan golabl, setidaknya di MEA, pasar bebas Asean sekali pun.
Cita rasa Warung Padang dengan masakan khas Sumatera Barat telah menjalar ke lidah orang kebanyakan, khususnya di Jakarta dan kota-kota besar ada rumah makan Padang. Penikmat warung dan masakan Padang kini bukan hanya orang Padang yang tinggal di Jakarta dan kota-kota lain. Penikmat masakan Padang telah merambah kota-kota besar di Indonesia. Warteg berpeluang bersanding bersama Warung Padang.
Warteg merupakan aset bagi orang-orang Tegal dan sekitarnya. Meskipun yang berjualan bukan lagi orang Tegal brand Warteg telah melegenda. Warteg merupakan aset Nasional sebagai warung dengan cita rasa masakan khas Jawa, khususnya Jawa Tengah. Segmen pasar Warteg untuk saat ini memang masih dinikmati golongan menengah ke bawah. Warteg berciri khas harganya murah, masakannya enak dan mudah didapatkan di berbagai kota, khususnya Jakarta—dan umumnya mohon maaf tempatnya asal-asalan.
Meskipun penjual Warteg bukan lagi orang Tegal. Penjual nasi Warteg ada dari Brebes, Purwokerto, Purbalingga, bahkan orang Jakarta, namun warung mereka tetap diberi nama Warteg. Hal ini karena Warteg telah memiliki brand, ikatan emosional yang tinggi antara warteg dan para konsumenya. Dengan brand Warteg konsumen lebih mudah dan dapat mengukur kocek sebelum memilih makan di Warteg.
Era modern telah meningkatkan inovasi dan kreativitas di segala bidang untuk meningkatkan kualitas produk. Warteg berpotensi dinaikkan gengsinya menjadi kuliner khas masyakat Jawa, khususnya Jawa Tengah menjadi Brand masakan Nasional Indonesia. Karena menjadi ikon Indonesia, Warteg mestinya akan mampu dibandingkan dalam laga MEA. Kementerian Koperasi & UKM serta Kementerian Pariwisata harus segera bertindak untuk menelusuri jejak Warteg untuk dikemas dengan tampilan outlet yang menarik, masakan yang higienis dan pelayanan yang modern.
Pasar Warteg sebagai ciri khas masakan Jawa sangat terbuka untuk memperluas pasar di MEA yang sudah diberlakukan akhir tahun 2015 ini di Asean. Warteg memiliki peluang menjanjikan untuk dikemas dalam bisnis yang lebih baik. Kenapa pasar Warteg di Asean terbuka lebar? Karena banyak orang Indonesia tinggal di negara Asean. Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam bahkan di Hongkong yang diluar Asean Warteg akan dapat diterima pasar karena banyaknya TKI di Hongkong.
Bedah Warteg Ibu Kota
Kondisi Warteg di Ibu Kota masih kalah tampilan dengan Rumah Makan Padang yang memiliki kelas lebih tinggi disbanding Warteg. Rumah Makan Padang berhasil reposisi kemasan dan produk dengan penampilan warung yang modern namun menu masakanya tetap nasi Padang dan segala jenis makanan khas Sumatera Barat.
Warteg berpeluang naik kelas dengan cara merubah tampilan warung, tampilan menu makanan dan tampilan penyajian. Satu cara ampuh dengan “Bedah Warteg Ibu Kota” Warteg yang kumuh disulap dengan tampilan modern warungnya, kemasan penyajian, higienis masakan dan penampilan pelayan atau penjualnya.
Permasalahannya sekarang siapa yang mau memulai?Pemerintah atau swasta sebagai pengusaha. Ini peluang, pangsa pasarnya besar. Jangan dilihat Wartegnya saja, namun omset nya yang lumayan dan menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada Warteg untuk bersanding di kancah Nasional dengan kemasan dan tampilan baru. Warung Tegal Tiada Duanya. Tidak hanya ada di Indonesia, namun bisa di Singapura, Malaysia, dan sebagainya. Ayo kemas menjadi kuliner bergengsi. Tertarikkah “BUMN Hadir Untuk Negeri” membedah Warteg Ibu kota sebagai pionir perubahan menjadi Warteg modern? ***